Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fungsi Konservasi KBS Harus Dipertahankan

Kompas.com - 29/03/2010, 22:01 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Berdasarkan data pada kuartal keempat 2009, koleksi satwa Kebun Binatang Surabaya mencapai 4.006 satwa yang terdiri dari 244 spesies. Karena itu, fungsi Kebun Binatang Surabaya sebagai satu-satunya kawasan konservasi, edukasi, serta labolatorium harus tetap dipertahankan. Demikian diungkapkan Manajer Keuangan Perkumpulan Taman Flora dan Satwa Surabaya (PTFSS) Periode 2009-2012 Wuri Handayani, Senin (29/3/2010) di Surabaya.

"Sebagai lembaga konservasi, dalam 15 tahun terakhir Kebun Binatang Surabaya (KBS) berhasil menangkarkan sejumlah satwa langka, seperti komodo, jalak Bali, pelikan, hingga kuda nil. Karena keberhasilan ini, KBS pernah mendapatkan penghargaan Wana Lestari Satya Nugraha tahun 1998," ujarnya.

Dengan luas areal 15 hektar dan berada tepat di pintu masuk Kota Surabaya, KBS tak hanya berfungsi sebagai tempat hiburan, tapi sekaligus kawasan konservasi, edukasi, dan labolatorium hidup. Menurut Wuri, para peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri seringkali datang ke tempat ini untuk melakukan penelitian serta mengamati pola tingkah laku dan perkembangbiakan hewan.

Lebih jauh lagi, kawasan hijau KBS juga berfungsi sebagai paru-paru Kota Surabaya. Tempat rekreasi publik Karena lokasinya yang strategis, KBS menjadi tempat tujuan wisata favorit di Surabaya. Pada hari biasa antara hari Senin hingga Jumat rata-rata jumlah pengunjung KBS mencapai 4.000 pengunjung. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu jumlah pengunjung melonjak hingga kisaran 10.000 sampai 12.000 pengunjung sehari.

"Dengan jumlah pengunjung sebanyak itu, rata-rata pemasukan KBS dari tiket mencapai Rp 17 miliar hingga 18 miliar per tahun. Bahkan tahun 2009 pendapatan KBS dari tiket mencapai hampir Rp 20 miliar," kata Wuri.

Meski mendapatkan pemasukan sejumlah itu, setiap bulan KBS harus mengeluarkan dana sebesar Rp 1,2 miliar per bulan. Dana tersebut untuk membayar gaji karyawan 42,5 persen, membeli pakan satwa 30 persen, memberi obat-obatan pada satwa 12 persen, dan perbaikan serta pemeliharaan kandang satwa 3,9 persen.

"Bisa dilihat, alokasi dana untuk perbaikan kandang satwa sangat sedikit sehingga banyak kandang satwa di KBS yang tak terurus. Kalau pembiayaan operasional KBS mengandalkan hal-hal yang rutin saja seperti tiket tak akan cukup. Harus ada pemasukan intensifikasi fasilitas yang ada," kata Wuri.

Sejak zaman Belanda, situasi kandang satwa yang memprihatinkan tampak pada aquarium baik tempat hidup ikan-kan tawar maupun ikan laut. Sebagian kolam aquarium yang bocor akhirnya ditutup karena tak ada kaca pengganti. Bahkan, kolam penampungan air yang dibangun tahun 1916 dibiarkan terbengkelai karena tak ada biaya perbaikan.

"Sebenarnya saya malu dengan pengunjung. Mereka harus mengeluarkan uang untuk menyaksikan ikan-ikan yang kondisinya seperti ini. Kami telah berulangkali mengajukan anggaran perbaikan tapi tak ada tanggapan," kata pengelola aquarium Sukardi.

Sementara itu, kandang burung Bayan (electus roratus) juga yang nyaris ambruk setelah tertimpa pohon. Tapi, hingga saat ini tak diperbaiki. Hingga saat ini, pemasukan KBS hanya ditopang dari penjualan tiket masuk dan tiket atraksi satwa. Sementara itu, pemasukan dari parkir, foto bersama satwa, persewaan stan, hingga pemasangan baliho di dalam kebun binatang tak masuk dalam pendapatan KBS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com