Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek Renta Itu Berubah Jadi Kodok

Kompas.com - 12/03/2010, 08:28 WIB

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Severianus Endi

PONTIANAK, KOMPAS.com — Legenda ini diperkirakan terjadi sekitar seratusan tahun lalu. Seorang nenek renta dalam masyarakat Dayak Punan, Kalimantan Timur, tiba-tiba berubah menjadi kodok dan hingga sekarang keturunan generasi kedua hidup di tengah-tengah masyarakat.

Wakil Ketua Persekutuan Lembaga Adat Dayak Punan Kaltim, Dollop Mamung (54), sangat yakin legenda itu bukan isapan jempol. Selain dirinya berasal dari suku Dayak Punan, Dollop juga kenal baik dengan satu di antara cucu sang nenek yang menuturkan kisah tersebut.

"Impian saya yang belum terwujud, yakni mengunjungi hutan rimba yang menjadi lokasi nenek tua itu berubah menjadi kodok," tutur Dollop dalam perbincangan dengan Tribun, Kamis (11/3/2010) di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).

Dollop merupakan delegasi masyarakat adat yang baru usai mengikuti sebuah workshop kehutanan di Kota Pontianak, Kalbar. Legenda yang lekat dalam budaya masyarakat Punan itu erat kaitannya dengan kearifan tradisi menjaga kelestarian hutan.

"Waktu itu, sekelompok keluarga hidup di sekitar hutan Marut. Mereka tidak berladang, tetapi hidup secara mubut. Artinya, hidup berpindah-pindah untuk berburu dan meramu," ucap Dollop memulai kisahnya.

Dalam kelompok kecil orang-orang Punan itu, ada seorang nenek renta atau adu' oroh dalam bahasa lokal. Saking rentanya, setiap kali kelompok itu berpindah tempat, adu' oroh digendong di punggung menggunakan kalong.

Kalong merupakan alat semacam keranjang terbuat dari rotan yang digunakan sebagai wadah hasil meramu. Suatu hari, adu' oroh meminta dirinya ditinggalkan saja di sebuah pondok.

"Adu' oroh kasihan dengan anak-cucunya yang kerepotan harus selalu menggendong dia. Tentu saja keluarganya menolak, tapi dia terus mendesak," kata Dollop.

Dengan terpaksa, anak-cucunya meninggalkan nenek itu di sebuah pondok. Namun, mereka selalu menjenguknya setiap usai mubut. "Tiga hari kemudian, ketika dijenguk, adu' oroh masih ada di pondok itu. Sepekan dan dua pekan, juga masih ada. Nah, sebulan kemudian, tiba-tiba saja adu' oroh lenyap," kata Dollop yang mendapatkan kisah ini dari cucu generasi kedua adu' oroh bernama Jonidy Apan (40) yang kini menjadi Kepala Adat Punan Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com