Yogyakarta, Kompas
Tiga korban terakhir adalah Andriyanto (20), Joko (20), dan Sidik (21). Menurut pihak kepolisian, Rabu malam lalu mereka pesta lapen di kamar kos Arif (18) di daerah Gondokusuman, Yogyakarta. Lapen dibeli dari warung milik GR di Mlati, Sleman. Ikut dalam pesta itu, Bagas dan Cahyo.
Setelah minum-minum, Sidik, Bagas, dan Cahyo pulang ke Klaten. Tinggal Joko, Andriyanto, dan Arif di tempat kos itu.
Kamis pagi, saat Arif terbangun, dia mendapati dua temannya muntah-muntah, bolak-balik ke kamar mandi, dan akhirnya tewas. Sorenya, jenazah Joko dan Andriyanto diantar pulang ke Klaten.
Wakil Satuan Reskrim Kepolisian Kota Besar Yogyakarta Ajun Komisaris Sudarsono mengatakan, kemarin polisi mendatangi tempat kos Arif setelah mendapat laporan dari warga tentang kematian Joko dan Andriyanto.
Dalam penelusuran lebih lanjut, diketahui Sidik juga tewas. Dari kamar kos Arif polisi menyita barang bukti berupa beberapa kantong plastik bekas isi lapen, teko plastik, gelas plastik, dan satu botol plastik minuman bersoda. Andriyanto dan Joko dibawa ke Rumah Sakit dr Sardjito untuk diotopsi.
Kepala Poltabes Yogyakarta Komisaris Besar Ahmad Dofiri menyatakan bertekad memerangi peredaran lapen mengingat korban tewas tergolong banyak. ”Penjual lapen, beberapa sudah berkali-kali kami tindak, tapi tidak jera-jera,” katanya.
Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Yogyakarta Diah Tjahjonowati menyatakan masih menguji sampel lapen. Ada tiga sampel yang sudah masuk laboratorium. ”Kami menanti lagi, mungkin enam sampel,” ujarnya.
Diah belum bisa menyimpulkan apa kandungan lapen. Namun, lanjutnya, zat metanol biasanya terdapat dalam minuman beralkohol kadar tinggi di atas 70 persen. ”Jika ditambah dengan zat lain yang biasa dipakai dalam campuran lapen, mulai dari esens, obat nyamuk, atau pembersih lantai, maka efek lapen bisa mematikan. Metanol saja sudah merusak saraf,” katanya.