Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umat Konghucu Doa Arwah untuk Gus Dur

Kompas.com - 04/01/2010, 01:29 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com- Warga Konghucu di Jawa Timur, Minggu (3/1/2010), menyelenggarakan sembahyang arwah khusus untuk mendoakan almarhum KH Abdurrahman Wahid. Sembahyang ini sebagai penghormatan dan rasa kehilangan warga Konghucu.

"Dalam sejarah Konghucu, belum pernah ada doa arwah di tempat ibadah. Apalagi ini bukan umat Konghucu tetapi orang yang sangat mengerti Konghucu," kata Ketua Makin Boen Bio Surabaya Gatot Seger Santoso sebelum upacara.

Doa ini diikuti umat Konghucu dari Tuban, Jombang, Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, dan  Bojonegoro.

Nyonya Tang Li Kam (43) yang hadir dalam doa bersama putranya Andi (9) dan 28 umat lain dari Kwan Sing Bio Tuban mengatakan, umat Konghucu sangat menghormati Gus Dur. Sebab, Gus Dur yang mengakui agama Konghucu. Sebelumnya, umat Konghucu harus mendaftarkan diri beragama Buddha.

Gatot menambahkan, Gus Dur sudah berperan membela Konghucu dan memulihkan hak-hak sipil masyarakat Konghucu di masa Orde Baru yang militeristik. Waktu itu, tambah Gatot, warga Konghucu menuntut kesetaraan pencatatan sipil di pengadilan. Karenanya, Gus Dur dianggap sebagai ayah, bapak pelindung, dan dewa penolong.

Masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa, lanjut Gatot, juga harus menyadari pembelaan Gus Dur kepada budaya Tionghoa sejak jauh sebelum menjadi Presiden. Dia mencontohkan, Gus Dur meredam atmosfer anti-Tionghoa ketika ada peristiwa Kapasan akibat penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga sekitar tahun 1970. Ketika itu, Gus Dur tampil dan menyatakan diri sebagai keturunan Tionghoa, sementara para keturunan Tionghoa yang duduk di birokrat malah diam.

Pengakuan Gus Dur sebagai pahlawan nasional itu, kata Gatot, adalah penghargaan minimal. Gus Dur sangat layak mendapat hadiah nobel sebab telah menyemai bibit kemanusiaan, perdamaian, dan pluralisme di Indonesia. Gus Dur pula yang memesankan supaya menghadapi fundamentalisme tidak dihadapi dengan kekerasan tetapi dialog.

"Gus Dur sudah menyemai ulang bibit pluralisme karena NU sejak berdiri berpaham moderat. Sekarang, NU dikenal sebagai Islam yang moderat di dunia. Gus Dur-Gus Dur muda yang mencintai perdamaian juga sudah mulai dilahirkan," tuturnya.
 
Wafatnya Gus Dur adalah kehilangan yang sangat besar. Akan tetapi, untuk menghormati Gus Dur, semestinya perjuangan dan pemikirannya dilanjutkan. "Doa ini hanya penghargaan kecil untuk Gus Dur. Melanjutkan pemikirannya lebih berharga

Doa arwah ini dimulai dengan kemunculan barongsai hitam putih. Menurut Hardjo Subianto, Ketua Tim Barongsai Boen Bio, barongsai untuk mengusir bala sebelum sembahyang dan setelahnya. Warna barongsai yang hitam putih juga sekaligus menandakan perkabungan.

Dalam doa, umat memberikan penghormatan untuk Gus Dur. Dalam upacara, dibacakan pula riwayat Gus Dur.

Dalam sembahyang arwah ini, umat Konghucu mendoakan supaya arwah Gus Dur cepat menyatu dengan Sang Khalik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com