Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Warga Makassar Ikuti Doa Bersama bagi Gus Dur

Kompas.com - 01/01/2010, 20:22 WIB

 

MAKASSAR, KOMPAS.com- Ratusan warga mengikuti Doa Bersama untuk KH Abdurrahman Wahid yang berlangsung di Lapangan Karebosi, Makassar, Jumat (1/1/2009) malam ini. Selain diikuti nahdliyin di Sulawesi Selatan, doa bersama itu juga diikuti banyak umat dari agama lain.

 

Hadir dalam acara itu Ketua Rois Syuriah PWNU Sulsel yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel KH Sanusi Baco, pengurus Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Sulsel Pdt Paulus R, Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Sulsel Nyoman Suarte, perwakilan Keuskupan Agung Makassar Pastor Tongli, dan Wakil Ketua I Perwakilan Umat Budha Indonesia Sulsel Jonggries.

 

Hadir pula komunitas Tionghoa dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia Makassar, Majelis Agama Khonghucu Indonesia Sulsel, Paguyuban Umat Tao Sulsel. Tampak pula Wali Kota Makassar Ilham Arief Siradjuddin.

 

Dalam sambutannya, KH Sanusi Baco menyatakan berbahagialah mereka yang mampu memberikan makna dan arti bagi kehidupannya masing-masing selama hidup di dunia. "Almarhum KH Abdurrahman Wahid adalah orang yang panjang umurnya, baik dari segi angka umur, maupun dari segi bagaimana beliau memaknai hidupnya. Beliau berbuat banyak kepada bangsa, masyarakat, NU," kata Sanusi.

 

Sanusi adalah teman seperjalanan Gus Dur ketika keduanya naik kapal menuju Kairo untuk kuliah di sana. "Perjalanannya satu bulan dua hari. Membosankan. Untung ada Gus Dur yang selalu bercerita menghibur," kata Sanusi mengenang Gus Dur.

 

Sanusi menyampaikan terima kasih kepada para pemimpin agama dan umat beragama yang turut menghadiri doa bersama bagi Gus Dur itu. Ia lalu memimpin doa bersama seluruh peserta.

 

Para pimpinan agama juga naik panggung dan menyampaikan kesan mereka terhadap perjalanan hidup Gus Dur. Pendeta Paulus T menuturkan, ia dan umat Kristiani bersyukur kepada Tuhan yang mengaruniai bangsa Indonesia seorang tokoh seperti KH Abdurrahman Wahid.

 

"Bukan hanya Indonesia yang kini kehilangan Gus Dur, tetapi seluruh dunia kehilangan. Gus Dur aktif di berbagai organisasi perdamaian di dunia. Gus Dur seorang humanis, pluralis, seorang demokrat yang penuh belas kasihan, memberikan perhatian kepada orang kecil. Jika ada usulan agar Gus Dur menjadi pahlawan nasional, saya akan ikut tanda tangan. Gus Dur memang layak menjadi pahlawan nasional," kata Pendeta Paulus.

 

Ia menyatakan terkesan dengan pandangan Gus Dur soal politik. "Gus Dur menunturkan kepada saya bahwa politik bisa diartikan busuk. Tetapi beliau mengingatkan bahwa politik adalah alat mencapai tujuan. Jika tujuan yang ingin diraih baik, politik bisa dijalankan dengan santun dan penuh kasih. Segala sesuatu kebaikan Gus Dur telah menjadi milik bangsa Indonesia. Saya berdoa agar generasi muda Indonesia menyimak nilai hidup Gus Dur, dan meresapinya," kata Pendeta Paulus.

 

Nyoman Suarte menuturkan, meski Gus Dur menjalankan kepresidenannya selama dua tahun, selama kurun waktu pemerintahan Gus Dur Indonesia mengalami banyak perubahan yang nyata. "Beliau seorang negarawan yang mementingkan kepentingan bangsanya di atas kepentingan pribadinya. Beliau seorang ulama besar, pejuang demokrasi yang gigih melalui Forum Demokrasi yang beliau dirikan. Ia seorang humanis yang dicintai masyarakat, bukan hanya umat muslim tetapi juga umat agama lain," kata Nyoman.

 

Nyoman mengapresiasi Gus Dur yang mengayomi semua orang, apa pun latar belakang agama atau pun suku bangsa mereka. "Dengan perasaan duka mendalam, kami umat Hindu di Sulsel melepaskan kepergian beliau. Selamat jalan Gus Dur, semoga memperoleh tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Izinkan pula kami menyampaikan rasa duka kepada tokoh pejuang lainnya, Frans Seda," kata Nyoman.

 

Hingga pukul 21.00 WITA, acara doa bersama itu masih berlangsung. Sejumlah seniman dan budayawan yang menghadiri acara itu akan membacakan puisi dan memainkan musik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com