Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedekah Laut, Doa, Pesta, dan Katarsis untuk Nelayan

Kompas.com - 21/12/2009, 18:32 WIB

KOMPAS.com - Bagi nelayan di pesisir selatan Cilacap, datangnya 1 Suro adalah kegembiraan, syukur, doa, dan harapan. Tahun baru Jawa yang datang bersamaan dengan tahun baru Hijriyah itu pun dirayakan secara meriah di hampir semua kampung nelayan di pesisir wilayah ini. Mereka seakan melupakan sejenak kian sulitnya hidup sebagai nelayan dari waktu ke waktu.

Sayup-sayup terdengar gending lengger dari bangunan tempat pelelangan ikan di Desa Kemiren, Kecamatan Cilacap Selatan. Tempat yang biasanya riuh rendah dengan aktivitas pelelangan ikan itu, Jumat (18/12/2009) diubah menjadi arena pementasan lengger. Sebuah panggung kecil berukuran 4x6 meter didirikan di bawah tendah sederhana persis di halaman TPI. Dua penari lengger berlenggak-lenggok mengikuti alunan gamelan Banyumas yang dimainkan wiyaga di belakangnya.

Ratusan penonton yang hampir semuanya warga kampung kecil di pinggir pantai itu menikmati pertunjukan seni tradisional. Ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, hingga anak-anak berbaur menjadi satu di tengah cuaca terik yang mulai membuncah pada pagi hari menjelang siang itu. Belasan lapak dadakan dan gerobak pedagang makanan kecil dan mainan pun menghias lokasi hiburan rakyat itu.

Ya, pagi itu seperti tahun-tahun sebelumnya, warga Desa Kemiren, yang 80 persen adalah keluarga nelayan hendak menggelar pesta tradisi. Mereka menyebutnya sedekah laut. Sekitar pukul 10.00, penari dan wiyaga lenggeran menghentikan pertunjukannya. Seiring dengan itu, dari sebuah jalan kampung yang membujur ke arah TPI datang rombongan arak-arakan. Sebuah tandu berukuran 2x3 dipikul enam orang pria dewasa berpakaian mirip pemain ebeg, berada di bagian depan rombongan.

Di tandu itu terdapat aneka macam sesaji, seperti nasi tumpeng, kepala kambing, ayam panggang, aneka buah-buahan, dan makanan tradisional lainnya. Ini adalah sesaji yang akan kami larung ke tengah laut. Berdasarkan tradisinya, ini dipersembangkan untuk Sang Ratu (Ratu Pantai Selatan). "Tapi itu simbol tradisi saja," kata Sodikin (45), salah seorang panitia acara.

Melarung sesaji adalah puncak kegiatan sedekah laut. Saat larungan ini, nelayan dilarang untuk melaut. Melaut menjadi pantangan tetap bagi nelayan saat suronan. Terlebih, pada hari itu adalah hari Jumat Kliwon, waktu di mana nelayan dilarang mencari ikan.

"Kami berharap, dengan ritual sedekah laut ini, nelayan selalu diberi berkah dan keselamatan. Penunggu laut juga agar tak gampang marah. Ikan juga supaya melimpah," kata Bahurekso (56), sesepuh kampung.

Sebelum sesaji dilarung, ratusan nelayan setempat berkumpul di tepi pantai. Mereka bersama-sama mengucapkan rasa syukur dan doa harapan agar Tuhan memberikan rezeki dan keselamatan di laut. Arena sebagian besar warga Kemiren mencari penghidupan.

Sedekah laut bagi warga setempat khususnya, dan nelayan di pesisir selatan Cilacap umumnya, sesungguhnya bukan sekadar ritual tradisi. Lebih dari itu, kegiatan tersebut menjadi katarsis atau pelesapan sejenak atas beban hidup yang harus mereka jalani selama setahun berkecimpung mencari nafkah di laut.

Sebagai nelayan, mereka menanggung beban hidup ganda, yakni di laut dan sekaligus di darat. Kian tipisnya ikan di perairan selatan Cilacap, cuaca yang kian tak menentu akibat perubahan iklim, menjadi problem yang menghimpit mereka dari arah lautan.

Dari arah daratan, mereka harus menghadapi kenyataan kian mahalnya harga-harga kebutuhan dibanding penghasilan mereka yang kian tak menentu, jeratan rentenir yang kian mencekik, harga ikan yang rendah, serta kebijakan pemerintah yang sering tak berpihak kepada mereka.

"Kami hanya bisa berharap, Tuhan mendengarkan kesungguhan permohonan kami ini," kata Sodikin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com