Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenaskan, Stasiun Bringin Terancam Hancur

Kompas.com - 19/11/2009, 17:12 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Stasiun Bringin di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang dalam kondisi mengenaskan. Bangunan peninggalan kolonial Belanda pada akhir tahun 1800 itu sudah tak terawat dan dijadikan sarang burung walet. Di sebagian sisi stasiun itu bahkan ditambah bangunan permanen yang merusak arsitektur aslinya.

Dalam pantauan, Kamis (19/11), tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati dengan bentuk klasik kolonial itu dipasangi kawat berduri. Sementara sebagian lubang udara ditambal dengan semen dan lekuk bangun di dekatnya dipasang pecahan kaca. Beberapa sisi stasiun di sudah tertutupi dengan bangunan permanen. Tampak bekas sistem sinyal dari besi tampak teronggok dibiarkan berkarat. Stasiun itu hanya berjarak sekitar 300 meter dari Pasar Bringin.

Stasiun itu mulai disewakan sebagai sarang walet pertengahan tahun 1990. "Sebelumnya menganggur sejak stasiun itu berhenti beroperasi tahun 1970-an," tutur Suyati (65), warga Desa Bringin yang tinggal persis di sebelah stasiun itu.

Dia mengatakan, pada awal menetap di daerah itu tahun 1980-an, kondisi stasiun masih lebih baik dari saat ini. Papan nama stasiun yang terbuat dari kayu jati sudah lenyap beberapa tahun terakhir. Begitu pula dengan beberapa bagian bangunan yang terbuat dari kayu jati.

"Sangat sekali bangunan bersejarah ini dibiarkan rusak begitu saja. Padahal, bisa dijadikan daya tarik wisata. Terlepas dari keelokan arsitekturnya, sejarah keberadaan stasiun itu sendiri perlu dilestarikan," kata Edy Supangkat, penggiat sejarah sekaligus penulis buku Salatiga Sketsa Kota Lama dan Ambarawa Kota Lokomotif Tua.

Menurut dia, Stasiun Bringin dibangun hampir bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Ambarawa-Kedungjati tahun 1873. Stasiun Bringin berada di tengah kedua stasiun besar itu. Jalur itu dibangun untuk kepentingan pengangkutan hasil bumi dan keperluan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com