Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UMKM butuh Pendampingan dan Fasilitasi

Kompas.com - 18/11/2009, 20:03 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah memerlukan pendampingan dan fasilitasi agar bisa berkembang. Pendampingan dan fasilitasi bisa memacu mereka untuk terus ber inovasi karena jalan untuk memasarkan produk telah terbuka .

Sugiman (30) warga Klaten Jawa Tengah mengatakan, sebelum gempa bumi tahun 2006, ia serta kebanyakan warga lain di desanya bekerja sebagai petani dan peternak sapi. Kegiatan rutin mereka sehari-hari adalah mencari rumput. Namun sejak ada program pendampingan pascagempa, ia dilatih untuk membuat aneka kerajinan dari bahan kayu dan bambu sehingga memiliki aktivitas produktif lain di luar mengurus sapi.

"Kalau yang laki-laki diajari membuat kerajinan, kalau yang ibu- ibunya diajari membuat makanan. Kalau kerajinan biasanya kami melayani pesanan, sedangkan makanan kecil dipasarkan ke warung-warung," kata Sugiman saat ditemui dalam Jogja Grand Expo, Rabu (18/11) di Plaza Ambarukmo. Pameran ini menampilkan produk-produk usaha kecil dan menengah yang mendapat bantuan dari program Yogyakarta Central Java Community Assitance Program (YCAP) dari Pemerintah Australia.

Menurut dia, mereka diarahkan untuk membuat aneka kerajinan dan makanan dengan memanfaatkan potensi lokal. Oleh karena itu, muncullah sejumlah makanan seperti keripik daun sirih, keripik daun singkong serta keripik daun labu. Untuk kerajinan, mereka banyak membuat produk dari bahan bambu cemani yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar.

Di Pathuk Gunung Kidul, pemanfaatan potensi daerah dilakukan dengan memproduksi kerupuk lembong atau ganyong (sejenis umbi-umbian) serta aneka tepung pengganti gandum impor yang terbuat dari bahan pisang, singkong, sukun hingga garut. Salah satu pembuat kerupuk lembong Sudarwono mengatakan, produk mereka bisa menggantikan kerupuk kulit sapi yang biasa dipakai sebagai pelengkap gudeg.

Di Pundong Bantul, kelompok usaha perempuan Sido Mandiri memasarkan telur asin yang masih terbungkus tanah. Telur-telur tersebut dikemas dalam wadah yang menarik sehingga cocok dibawa sebagai buah tangan. "Karena masih terbungkus tanah, pembeli juga merasakan p roses membuat telur asin ini," jelas Yuanita dari LSM Daya Annisa yang menjadi pendamping kelompok usaha tersebut.

Manajer YPAC Area Klaten Agni Pratama mengatakan, meski program YPAC berakhir, pelaku usaha yang telah didampingi diharapkan bisa mandiri karena telah dihubungkan dengan pihak-pihak terkait. "Kami sudah memfasilitasi sehingga mereka memiliki akses ke pemerintah daerah, pembeli, lembaga keuangan mikro serta pemasok bahan. Dengan fasilitasi tersebut mestinya mereka bisa melanjutkan usahanya," jelasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com