Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gila, Bayar Listrik 30 Hari, Mati 15 Hari

Kompas.com - 17/10/2009, 08:12 WIB

POSO, KOMPAS.com - Pemadaman listrik secara bergilir hingga kini masih berlangsung di seluruh wilayah Poso, Sulawesi Tengah, akibat PLN setempat mengalami defisit daya listrik cukup besar.

Supervisor Pelayanan Pelanggan PLN Ranting Poso, Rony Pangemanan, di Poso, menyatakan sulit menghindari kebijakan pemadaman bergilir tersebut, dikarenakan pihaknya saat ini mengalami defisit daya hingga 2.620 kilowatt hours (Kwh).

Terjadinya defisit daya tersebut disebabkan beberapa hal, antara lain semua mesin pembangkit diesel yang dimiliki PLN Ranting Poso sudah termakan usia.

Dari sekian banyak mesin pembangkit yang ada (tiga unit) di PLTD Poso, yang paling muda usianya yaitu hasil pengadaan tahun 1999.

Dengan demikian, apabila salah satu dari mesin pembangkit tersebut menjalani masa pemeliharaan (overhoul) atau mengalami kerusakan, maka dapat dipastikan pemadaman bergilir di wilayah Poso semakin bertambah luas dan dengan intensitas meningkat.

Penyebab lainnya, pertumbuhan penggunaan energi listrik di wilayah Poso berlangsung dengan sangat cepat. Bahkan, akibat keterbatasan daya tersebut, banyak calon pelanggan hingga kini masih masuk dalam daftar tunggu.

"Dalam hitungan kita, kenaikan penggunaan listrik setiap tahun hanya enam persen saja. Namun, ternyata kenaikannya lebih dari angka itu," tuturnya menjelaskan.

Pangemanan mengatakan pihaknya tidak memiliki cara lain dalam mengatasi kekurangan daya listrik yang terjadi saat ini, kecuali berharap perlu adanya investasi untuk pengadaan mesin pembangkit baru.

"Langkah yang paling mungkin diambil (PLN Poso) dalam jangka pendek adalah tetap melakukan pemadaman bergilir," katanya.

PLN Ranting Poso sendiri selama ini hanya mendapatkan biaya untuk mengoperasikan mesin-mesin pembangkit yang sudah termakan usia itu, sementara untuk pengadaan mesin pembangkit baru merupakan kebijakan manajemen perusahaan di tingkat atas.

"Saat ini belum ada investasi untuk pengadaan mesin pembangkit baru," kata Pangemanan yang dalam dua bulan terakhir beberapa kali menemui sejumlah elemen masyarakat setempat yang datang menggelar aksi unjuk rasa di kantornya.

Sebelumnya, Ketua DPRD Poso, Jani Mamuaya, menyatakan kalau kondisi listrik di daerahnya dewasa ini sudah seperti bencana.

"Banyak pihak yang dirugikan, utamanya pengusaha kecil, warga masyarakat, termasuk pelajar dan mahasiswa," katanya.

Menurut Mamuaya, perlu ada solusi yang dicapai dengan cara melibatkan semua pihak terkait untuk duduk bersama membicarakan jalan keluar dalam mengatasi krisis listrik di daerahnya tersebut.

"DPRD Poso akan membentuk tim untuk menyelesaikan krisis ini" kata dia menjawab pertanyaan peserta diskusi.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemkab Poso, Amir Kiat, mengatakan pihaknya tengah berusaha mengatasi krisis listrik yang terjadi selama beberapa tahun terakhir itu, dengan sejumlah cara.

"Saat ini kita tengah berupaya mendorong percepatan pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Kelurahan Sawidago, Kecamatan Pamona Utara," kata dia.

Warga di Kabupaten Poso sendiri hingga kini masih menjalani kondisi pemadaman bergilir yang dilakukan PLN dengan pola 1-1. Artinya, satu hari hidup dan satu hari padam.

DPRD dan Pemkab Poso juga berharap perusahaan (Grup Bukaka) yang menangani pembangunan PLTA Poso 1, 2, dan 3 dengan memanfaatkan air terjun Sulawena segera merampungkan pekerjaannya dan beroperasi, guna mengatasi krisis listrik berkepanjangan di daerahnya.

PLTA Poso yang dibangun sejak tahun 2006 itu memiliki daya hingga 740 megawatt dan direncanakan akan melayani kebutuhan listrik interkoneksi Pulau Sulawesi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com