Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ibu Kandung" Masih Hidup, Terorisme Tetap Mengancam

Kompas.com - 18/09/2009, 10:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tewasnya gembong teroris Noordin M Top, tak berarti mengikis gerakan jaringan terorisme di Indonesia. Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri pun sudah mengingatkan, masih ada sejumlah teroris yang berkeliaran dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi. Selain sejumlah nama buron, Kepala Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme Kementerian Koordinator Polkam Ansyad Mbai menilai, ideologi radikal yang menjadi "ibu kandung" gerakan terorisme masih hidup dan menimbulkan ancaman tersendiri.

"Terorisme itu penyebab utama atau sumber utamanya adalah ideologi radikal atas nama agama. Ideologi ini belum mati dan masih marak. Inilah yang menjadi 'ibu kandung' gerakan radikalisme itu," kata Ansyad kepada Kompas.com, Jumat (18/9).

Gerakan radikalisme ini, menurutnya tak hanya bersifat nasional, tetapi transnasional. Keinginan ekstrimnya adalah mendirikan negara agama dan berpaham apa yang mereka yakini adalah yang paling benar. "Maka, kita semua harus tetap waspada," kata dia.

Ansyad menambahkan, kesalahan yang terjadi selama ini adalah menganggap terorisme merupakan musuh pemerintah dan kepolisian. Padahal, untuk menumpasnya dibutuhkan peran dan kerja sama semuan elemen bangsa.

"Kita selama ini menganggap bahwa terorisme hanya musuh polisi dan pemerintah. Seharusnya ditangani semua elemen bangsa, seperti TNI, intelijen, masyarakat, tokoh agama, ormas, dan partai politik juga. Semua harus berperan. Terorisme bukan urusan kecil," ujarnya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga sempat mengutarakan, setelah Noordin tewas, saatnya memainkan peran tokoh-tokoh ulama atau ormas Islam untuk memulihkan dan mengingatkan kembali ajaran agama yang benar kepada sisa-sisa pengikut dan jaringan Noordin M Top. Dengan memberikan pemahaman, diharapkannya benih-benih terorisme dan radikalisme tidak ada lagi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com