Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Korban Gempa Sangat Banyak?

Kompas.com - 07/09/2009, 06:58 WIB
 

KOMPAS.com - Gempa kedatangannya selalu mengejutkan dan menimbulkan kepanikan, bahkan juga mengundang kepiluan karena dampaknya sering kali fatal. Begitu pula gempa yang menerjang selatan Jawa Barat Rabu (2/9) lalu. Namun, mengapa gempa kali ini menelan banyak korban jiwa? Korban tewas 73 orang dan hilang 34 orang. Yuni Ikawati

Gempa yang menghantam selatan Jawa Barat itu berkekuatan 7,5 skala Richter (hasil koreksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada Jumat 4/9, yang sebelumnya menyebut 7,3 SR beberapa menit setelah munculnya gempa utama) tergolong besar. Koreksian ini lebih tinggi daripada pengukuran United States Geological Survey (USGS), sebesar 7,4 Magnitudo.

Rekaman seimografi menunjukkan posisi episenter relatif lebih dekat ke daratan dibandingkan ke zona subduksi. Namun, pusat gempa itu tergolong gempa dalam, sekitar 30 kilometer. Kondisi inilah yang menyebabkan tidak terjadi tsunami berarti. Di Pameungpeuk, Kabupaten Garut, pemantau pasang surut milik Bakosurtanal, hanya mencatat ketinggian pasang 1 meter.

Dalamnya episenter itu guncangannya terasa meluas. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, kondisi ini ibarat sorotan senter kepada obyek. Apabila dekat dengan obyek, cahayanya terang tetapi terbatas yang tersorot. Adapun jika obyek jauh, cahaya akan menyebar tetapi intensitasnya rendah.

Terjangan gempa kuat di Jawa Barat itu punya efek besar karena Jawa Barat bagian selatan merupakan daerah rawan longsor.

”Tingkat kerawanan tanah longsor di Jawa Barat tertinggi di Indonesia. Itu karena wilayah ini tersusun dari tanah berpasir yang mudah lepas bila terkena guncangan,” kata Surono.

Sesar Cimandiri

Selain kondisi tanah yang labil, Jawa Barat juga banyak dilalui sesar mikro yang sangat aktif, terutama Sesar Cimandiri yang membentang dari Kabupaten Sukabumi hingga ke Lembang di Bandung bagian utara dan Sesar Baribis di sekitar Kabupaten Majalengka. Selain itu, juga ada sesar di Kabupaten Garut yang belum teridentifikasi. ”Sesar ini relatif kecil, tetapi berada di permukiman padat,” tambah Surono.

Sesar ini juga menyimpan ancaman lain karena juga mengakumulasi energi. Ketika terusik gempa dari zona subduksi, bagian bebatuan yang rapuh akan bergeser dan melepaskan energi sehingga menimbulkan gempa. Kondisi seperti itu antara lain yang terjadi di Sesar Opak Yogyakarta pada tahun 2006.

Daerah selatan Jawa Barat secara umum memang berpenduduk padat karena tergolong bertanah subur, tetapi ancaman bahayanya juga tinggi. Karena itu, PVMBG telah membuat Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah untuk tingkat kabupaten di kawasan tersebut tahun 2001 dan telah melakukan sosialisasi serta penerapan di lapangan oleh pemerintah daerah setempat. Di Garut, misalnya, telah dibuat rencana kontingensi untuk bencana tanah longsor.

Hal inilah yang menyebabkan penurunan drastis jatuhnya korban akibat tanah longsor. ”Namun, belakangan ini dengan bergantinya kepengurusan di pemda setempat, penetapan zona itu tidak lagi diindahkan,” ungkap Surono.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin 'Presidential Club' Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin "Presidential Club" Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com