Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KBS Bantah Dugaan Sabotase

Kompas.com - 04/09/2009, 15:28 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Pengelola Kebun Binatang Surabaya membantah dugaan sabotase terkait kematian enam satwa langka, periode 18-29 Agustus 2009. Meski demikian, Wakil Ketua Perkumpulan Taman Flora dan Satwa Surabaya Setiawan Koesdarto mengakui kematian akibat kelalaian petugas.

"Berdasarkan hasil otopsi sementara di Rumah Sakit Hewan Setail, kematian disebabkan faktor usia. Namun, hasil pemeriksaan juga menunjukkan adanya perawatan yang kurang tepat terhadap sejumlah satwa," tutur Setiawan di Surabaya, Kamis (3/9).

Faktor kelalaian ditemukan pada hasil otopsi Boywan, orang utan jantan berusia 25 tahun, dan empat anak komodo berusia tiga bulan. Berdasarkan pemeriksaan, Boywan mengalami gangguan saluran pernapasan akibat obesitas (kegemukan).

"Selama ini para perawat senang jika hewan makan banyak. Padahal cara ini justru berdampak buruk pada kesehatan satwa sehingga perlu dirubah," ucap Setiawan, yang juga dokter hewan ini. Kondisi ini diperparah dengan belum disiplinnya pengunjung yang kerap memberi makan hewan koleksi KBS.

Ketua Bidang Hukum dan Administrasi KBS I Wayan Titib Sulaksana menilai kematian sejumlah satwa langka tidak lepas dari buruknya kualitas sumber daya manusia. "Perlu penyegaran karena mayoritas pegawai sudah menempati suatu jabatan lebih dari 10 tahun. Sayang, inisiatif saya ditentang para pegawai," katanya.

Dia juga menengarai adanya penyelewengan dana dalam pengelolaan KBS. Dengan jumlah pengunjung 1,6 juta per tahun, KBS mendapatkan pemasukan Rp 16 miliar, sebelum dipotong pajak tontonan 15 persen. Sekitar Rp 10 miliar biaya pakan bergizi untuk 4.200 satwa dan gaji 250 pegawai. "Seharusnya sisa dana sekitar Rp 3,5 miliar setiap tahun bisa meningkatkan kualitas KBS," ujar Wayan.

Namun, hal ini dibantah Humas KBS Agus Supangkat. Menurut dia, pendapatan KBS setahun hampir tak ada sisa setelah dipotong biaya operasional. "Kalau ingin mengembangkan KBS, harus menggandeng pihak ketiga untuk menutupi kekurangan," tuturnya. (RIZ)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com