Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senyum Indonesia Diragukan oleh Malaysia

Kompas.com - 04/09/2009, 05:06 WIB

KOMPAS.com -  Hasil survei The Smiling Report Swedia pada 2009 yang menyebutkan Indonesia merupakan negara yang paling murah senyum sepertinya harus dikaji ulang.    Karena faktanya "wajah" Indonesia masih tercitra masam di kalangan turis asing.
     
Norah Binti Jelani, Supervisor Muslim Department Malaysian Harmony Tour & Travel S/B, mengatakan, jangankan diberi senyum, sukses melewati birokrasi untuk masuk ke Indonesia dengan mudah saja, dianggapnya sebagai prestasi luar biasa. Norah yang juga berprofesi sebagai tour leader mengaku kerap dihadapkan pada birokrasi berbelit di sejumlah titik dalam kaitannya memandu wisatawan asal Malaysia ke Indonesia.
     
"Satu senyum saja sudah cukup buat kami, karena kami datang ke Indonesia untuk melancong," katanya. Norah mengatakan,  agen perjalanan yang ditanganinya menempatkan Indonesia sebagai destinasi utama dengan tingkat frekuensi/repetisi berwisata yang tinggi.
     
Sementara itu, Akil Yusof, Managing Director Triways Travel Network Malaysia, meminta dengan sangat, senyum masyarakat di tanah air untuk menghibur para kliennya yang melancong ke Indonesia.  "Dan yang terpenting jangan memperlakukan kami seperti pelaku kriminal khususnya pada layanan imigrasi," katanya.
     
Akil sangat menyayangkan sikap oknum dan sejumlah masyarakat di Indonesia yang tidak memberikan sambutan baik kepada turis mancanegara khususnya dari Malaysia.

Destinasi favorit

     
Pada dasarnya, Indonesia masih tetap merupakan destinasi terfavorit bagi masyarakat di sejumlah negara bahkan setelah terjadi peledakan bom di Mega Kuningan baru-baru ini. Bagi Malaysia, misalnya, Indonesia tetap favorit untuk dilancongi meskipun belakangan ini juga marak pemberitaan tentang isu klaim Malaysia atas kesenian Indonesia termasuk Tari Pendet.
     
Gary Oh yang berprofesi sebagai World Business Development Manager dari Travel Services Sdn Bhd di Malaysia bahkan berani menekankan, Indonesia tetap tujuan wisata masyarakat Malaysia yang utama meskipun hubungan kedua negara sedikit memanas dengan konflik-konflik kecil yang timbul belakangan ini.
     
"Itu tidak memberikan efek signifikan karena Indonesia adalah destinasi tradisional kami," katanya. Berwisata ke Indonesia, menurut Gary, berarti "value for money" dibandingkan dengan besarnya ringgit yang harus dibelanjakan untuk melancongi Singapura. Thailand sebagai alternatif lain saat ini masih dinilai belum stabil secara politik dan keamanan.
     
Jadi Indonesia, di mata masyarakat Malaysia, merupakan destinasi wisata yang menarik dengan biaya yang murah, kultur yang serumpun, dan kuliner yang mirip. Malaysia hanya satu cermin di negara-negara tetangga lain, Singapura misalnya, menempatkan Indonesia sebagai primadona pariwisata masyarakat mereka.
     
Dua negara itu dari tahun ke tahun menjadi penyumbang jumlah wisman terbanyak ke Indonesia. Singapura pada 2008 mengkontribusi 1,197 wisman ke Indonesia sedangkan turis asal Malaysia yang melancong ke Indonesia sebesar 864.000 wisman. Indonesia juga terbukti menjadi favorit bagi masyarakat di negara lain seperti Jepang, Korea, Australia, China, Eropa, Filipina, India, dan Saudi Arabia. Negara-negara itu menjadi 10 besar penyumbang jumlah wisman terbanyak ke Indonesia dari tahun ke tahun.
     
Oleh karena itu sudah saatnya mengingatkan kembali masyarakat di tanah air untuk mengamalkan senyum sebagai salah satu komponen Sapta Pesona; ramah tamah.  Apalagi sektor pariwisata tergolong segmen yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan nasional. Tahun lalu saja lebih dari Rp200 triliun sukses diraup dari sektor pelancongan.

Saatnya dibenahi

     
Senyum adalah harga mati dalam dunia pariwisata. Senyum melambangkan pelayanan prima dan profesionalitas yang kondusif bagi wisman. Senyum sekaligus menjadi simbol penerimaan yang memberikan rasa aman bagi turis asing. Akil Yusof yang sempat menjabat sebagai Country Manager Visit Indonesia Tourism Office (Vito) untuk Malaysia berpendapat, dengan tersenyum Indonesia akan memiliki modal untuk membenahi pelayanan pariwisata yang dinilainya sampai saat ini belum optimal.
     
"Selain servis, Anda juga harus segera membenahi infrastruktur agar sektor pariwisata maju," katanya. Indonesia juga dinilai belum memiliki variasi obyek wisata pada destinasi-destinasinya. Sisi hospotality, logistik, dan keamanan menjadi pekerjaan rumah yang lain bagi pariwisata tanah air.
     
Direktur Promosi Internasional Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, I Gde Pitana, mengatakan, memiliki pengalaman tersendiri dimana ia secara khusus pernah ditugaskan untuk "mengajarkan" masyarakat di Sumatera Utara untuk "tersenyum". Menurut dia, pelayanan dengan senyum tidak menjadi budaya bagi masyarakat di wilayah itu. Ia menghadapi kesulitan tersendiri untuk membuat orang Batak senyum saat menyajikan kopi pesanan wisatawan, misalnya.
     
"Masing-masing daerah di Indonesia memang memiliki kekhasan dan keunikan," katanya. Oleh karena itu, katanya, ada budaya-budaya termasuk kebiasaan tertentu yang harus diubah menjadi lebih baik.
     
"Tidak harus budaya dilestarikan kalau tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan," katanya. Masih menjadi pekerjaan rumah bagi pihaknya dan seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan Indonesia selalu tersenyum pada wisman.
     
Karena pada dasarnya semua kesuksesan berawal dari sebuah senyuman yang ikhlas. Jadi, Indonesia, kami minta satu senyum saja untuk pariwisata yang maju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com