Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perburuan 17 Jam di Beji

Kompas.com - 09/08/2009, 05:10 WIB

Sikap toleran dan guyub yang selama ini tumbuh di sana membuat warga tak pernah menaruh curiga kepada keluarga Muhjahri—termasuk soal sering datangnya orang-orang tak dikenal ke rumah tersebut selama tiga tahun terakhir. Ketertutupan kelompok Muhjahri memang kerap menimbulkan tanda tanya, tetapi tak sampai membuncah menjadi syak wasangka.

Kini sikap yang permisif dan positif itu tampaknya harus dibayar mahal. Setidaknya rumah Kyai Desa mereka, Muhjahri, dicurigai telah dimanfaatkan jaringan gembong terorisme Noordin M Top untuk bersembunyi. Sesuatu yang sebelumnya jauh dari benak mereka.

Bukan pertama

Penangkapan orang yang diduga teroris di desa itu sebenarnya bukan kali pertama. Tiga tahun lalu, Tataq, putra Muhjahri, juga ditangkap Tim Polisi Antiteror di sana. Ia diduga terkait kasus peledakan bom di kawasan Kuningan, Jakarta.

Namun, penangkapan Tataq tersebut tak serta-merta membunuh benih ekstremisme di Beji. Seorang lelaki yang diduga sebagai Noordin M Top, melalui kaki tangannya, terus membangun jaringan di Temanggung.

Setelah dicium jejaknya di Cilacap, dia berusaha mencari tempat persembunyian baru yang dinilainya aman. Dalam kaitan itu, dua mata rantai jaringan terorismenya di Desa Kedu, yakni Aris dan Hendra, dibujuk dan dimanfaatkan.

Setelah pengejaran sejumlah orang yang diduga terkait terorisme di wilayah Ngadirejo, Temanggung, mulai reda, Aris dan Hendra diduga mengajak lelaki tersebut ke Temanggung. Namun, perkiraan mereka meleset. Sejak dari Cilacap, gerak-gerik ketiganya terus dibuntuti polisi.

Empat hari lalu, Aris menitipkan lelaki misterius itu di rumah Muhjahri. Tim Polisi Antiteror pun tak menyia-nyiakan hal tersebut. Setelah menangkap Aris dan Hendra dan mendapat pengakuan dari keduanya bahwa orang yang berada di rumah Muhjahri mirip dengan Noordin, penggerebekan pun dilakukan. Perburuan itu memakan waktu lebih kurang 17 jam, mulai Jumat pukul 16.00 hingga Sabtu pukul 10.00. Hasilnya, seorang yang belum diketahui identitasnya tewas.

Warga Beji mengaku, selain kaget dan tak menyangka, rasa terusik pun kini terukir di hati mereka—terutama delapan keluarga yang ada di area yang digunakan untuk penggerebekan. Rumah mereka tak jauh dari rumah Muhjahri.

Mawardi (42), yang rumahnya persis di depan rumah Muhjahri, menceritakan, gara-gara penggerebekan akhir pekan ini, selain dia batal menjenguk saudaranya yang sakit di Purworejo, mertua dan saudaranya juga ikut diborgol dan disekap sementara oleh tim Tim Polisi Antiteror.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com