Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Warga Eks Timtim Minta Pulang

Kompas.com - 07/08/2009, 04:18 WIB

Kupang, Kompas - Ribuan warga eks Timor Timur bergantian mendatangi Kantor Konsulat Jenderal Republik Demokratik Timor Leste di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka meminta difasilitasi untuk pulang ke daerah asal dengan alasan terimpit masalah ekonomi.

Konsul Jenderal Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) di Kupang Caetano Guterres mengungkapkan hal itu kepada Menteri Sekretaris Negara Bidang Keamanan RDTL Fransisco Guterres di Kupang, Kamis (6/8).

Sejak tahun 2002 hingga saat ini, kata Caetano, warga eks Timor Timur (Timtim)—kini disebut Timor Leste—yang tersebar di Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara bergantian datang ke Kantor Konsulat RDTL di Kupang meminta difasilitasi untuk pulang ke kampung mereka di RDTL.

”Kami kesulitan biaya. Memulangkan mereka butuh biaya yang tidak sedikit,” ujarnya.

Alasan kepulangan itu terutama karena terimpit masalah ekonomi. ”Kondisi yang demikian membuat mereka tidak mampu menyekolahkan anak,” kata Caetano.

Alasannya lainnya, ujarnya, mereka tidak memiliki lahan pertanian, tidak mempunyai tempat tinggal yang dinilai layak huni, dan tidak memiliki pekerjaan tetap.

Menanggapi hal itu, Fransisco mengatakan, Timor Leste memiliki konstitusi yang mengatur warganya untuk membangun negeri yang lebih aman, damai, dan sejahtera.

”Jika saudara-saudara eks Timtim ingin bergabung dengan sesama saudara di Timor Leste, pemerintah dengan lapang dada menerima kehadiran mereka,” katanya.

Sekitar 100.000 orang

Pascapenentuan pendapat pada 30 Agustus 1999, sekitar 100.000 warga eks Timtim masuk ke Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan Timtim, seperti Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten/Kota Kupang.

Selama

bergabung dengan masyarakat NTT, hampir 10 tahun belakangan ini, kondisi kesejahteraan sebagian besar warga eks Timtim itu bisa dikatakan tidak banyak berubah. Mereka hidup apa adanya, sekadar bertahan.

Saat ini, beberapa di antara mereka ada yang bekerja sebagai buruh bangunan, buruh proyek jalan, pendorong gerobak di pasar, tukang ojek, penjaga toko, atau penjual kayu bakar. Penghasilan mereka pada umumnya sangat pas-pasan untuk hidup. Itulah sebabnya sejumlah anak putus sekolah.

Tokoh masyarakat eks Timtim, Eurico Guterres, membenarkan fakta yang diungkapkan Caetano. Namun, dia berpendapat, kalau pemulangan itu direalisasikan, seharusnya dilakukan atas dasar komitmen dan dukungan Pemerintah Indonesia dan Timor Leste. ”Mereka tidak boleh pulang sendiri karena akan berdampak buruk. Mereka datang ke Indonesia diterima dengan baik, maka pulang pun harus melalui prosedur resmi,” ujarnya.

”Rekonsiliasi warga Timtim harus dibangun secara demokratis oleh Indonesia dan Timor Leste. Tak perlu difasilitasi dunia internasional,” ujarnya. (KOR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com