Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Ini Bisa Terbang dan Berteman Kuntilanak

Kompas.com - 04/06/2009, 14:56 WIB

Obrolan langsung terjadi dengan Beny. Menurut Beny, rumah orangtuanya terdapat di wilayah Kenarilang, Kota Kalabahi. Dia putra bungsu dari empat bersaudara. Tidak tamat SD, hanya sampai di kelas V. Namun Beny mengaku bisa membaca dan menulis.

Dia tidak melanjutkan sekolah karena kondisi tubuhnya yang cacat. Kakinya pincang. Kalau berjalan, dia harus dibantu dengan tongkat. Cacat itu dialaminya sejak masih kecil.

Beny melanjutkan, dirinya mulai menempati pondok di kawasan hutan Omtel sejak tahun 2000. Ketika itu, dia bersama sejumlah warga datang ke kawasan hutan itu untuk mengerjakan proyek penghijauan Dinas Kehutanan Kabupaten Alor.

Setelah proyek selesai, dia tetap berada di pondok itu seorang diri. Beny mengungkapkan, pada saat awal tinggal di pondok itu, perasaan takut menyelimutinya. Setiap malam dia mendengar bunyi-bunyi aneh di hutan. Ada anak kecil menangis, orangtua memarahi anak-anaknya. Juga terdengar suara banyak orang yang tengah pesta pora.

Beny melanjutkan, dia mulai berani tinggal di hutan tersebut sejak mendapat ilmu dalam sebuah mimpi tidur malam. "Pada suatu malam ketika saya tertidur, saya bermimpi. Ada beberapa orangtua datang menghampiri saya. Mereka memeluk saya sambil mengatakan, 'Kami ini nenek moyang kamu.' Mereka pun mulai memutar film adegan berkelahi. Lalu mereka menanyakan, 'kamu mau yang ini?' Namun saya menolak. Berikutnya, mereka memutar film orang bisa terbang. Setelah selesai film itu, mereka kembali tanya, 'kamu mau ilmu ini?' Saya langsung menyatakan mau, dan ketika bangun pagi, dalam diri saya seperti ada kekuatan," ujar Beny.

Bekal ilmu yang didapatnya itu, kata Beny, sangat membantunya bepergian ke tempat jauh, seperti ke Kota Kalabahi atau desa-desa lain di daerah itu. Dia bisa jalan cepat dalam kondisi kaki pincang. Dia bisa terbang menuju ke suatu tempat. "Kekuatan yang saya dapat bukan hanya untuk jalan saja, tetapi membantu saya bekerja di hutan ini. Sebelumnya—karena cacat—saya tidak bisa mengangkat kayu, tetapi setelah mendapat ilmu itu, meskipun dengan kondisi cacat, saya bisa mengangkat kayu," tutur Beny.

Selain mendapat ilmu terbang, Beny juga mengaku, selama menempati hutan itu dia berteman dengan makhluk halus, arwah orang yang telah meninggal, dan kuntilanak. "Makhluk halus biasanya datang pada saat saya sendiri. Kalau ada orang yang mau meninggal dunia, biasanya hutan ini ramai seperti orang pesta. Namun, saya tidak melihat wujud mereka. Kadang-kadang orang-orang mati ini menemani saya pada pagi hari yang masih gelap ketika saya membuat perapian untuk berdiang. Ada yang datang membunyikan pohon bambu di hutan ini," tutur Beny lagi.

Kuntilanak, kata Beny, menjadi temannya hampir setiap saat. Datangnya kuntilanak biasa ditandai dengan suara tikus di luar pintu. Ketika dibuka, mahkluk ini sudah ada. Busana kuntilanak semuanya warna putih, rambutnya air panjang sampai di bokong.

"Cantiknya luar biasa, paling cantik di dunia. Kulitnya putih seperti China. Lebih cantik daripada nona-nona di Kalabahi, di Kupang, atau Jakarta. Ini China, Taiwan," ujar Beny sambil mengatakan nama kuntilanak itu Lin.

Beny mengatakan, hubungannya dengan kuntilanak yang datang hanya sebatas teman cerita, tidak lebih dari itu. "Lin biasa membawa makanan untuk saya. Makanan mereka seperti yang biasa orang makan: ada daging ayam, ikan, sayur. Pokoknya enak. Tapi saya tidak mau. Kita cerita saja. Kita sudah anggap saudara," ungkap Beny.

Di akhir ceritanya, Beny berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap dirinya. Sebab, meskipun dengan kondisi cacat, dia bisa menjaga kelestarian hutan di kawasan itu.*

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com