Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Tanaman Gadung Belum Banyak Dilirik

Kompas.com - 02/06/2009, 18:14 WIB

 

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Potensi tanaman gadung (dioscorea hispida dennst) sebagai tanaman industri dan bahan pangan, belum banyak dilirik. Pengembangan tanaman ini baru sebatas untuk makanan ringan, meski manfaat serta khasiatnya cukup banyak.

Anggota Dewan Pembina Yayasan Leuser Internasional, Marzuki Usman, ditemui di Banda Aceh, Selasa (2/6) mengatakan, potensi tanaman gadung sebagai tanaman industri sangat banyak. Namun, diakuinya, pengembangan ke arah tersebut masih sangat minim.

Gadung masih dikenal sebagai makanan orang miskin. Padahal, kalau melihat potensi dan kandungan gizi yang ada di dalamnya, tidak kalah dengan tanaman yang lain, tuturnya.

Dia menjelaskan, tanaman gadung tidak memerlukan perawatan yang terlalu besar karena memang selama ini tumbuh secara liar. Namun, dengan pengelolaan yang baik, bisa dipastikan tanaman gadung memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, berdasarkan hasil sebuah penelitian, satu hektar tanaman gadung bisa menghasilkan 40 ton tepung gadung. Tepung gadung itu sendiri bisa digunakan lebih lanjut untuk membuat nasi gadung, kentang gadung, roti gadung hingga kek ataupun brownies dari bahan dasar tanaman ini. Selama ini memang baru dikenal sebagai bahan dasar keripik dan beberapa jenis kek saja. Tapi, kalau melihat potensinya, sangat besar, katanya.

Mantan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal pada era mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini mengatakan, di Jambi, pemerintah daerah mendorong budidaya tanaman gadung bersama dengan pengembangan tanaman mahoni. Dibawah hutan mahoni, umbi gadung disebarkan. Perhitungannya, kalau terdapat 100 hektar pohon mahoni, setidaknya masyarakat penggarap, dengan teknologi tertentu bisa menghasilkan 4000 ton tepung gadung. Pohon mahoninya juga sudah bisa dimanfaatkan, ujarnya.

Hasil penelitian, menurut Marzuki, tanaman gadung juga bisa diolah menjadi bahan biodiesel atau bio-etanol. Perhitungannya, dalam 10 kilogram umbi, setidaknya bisa menghasilkan dua hingga tiga liter bahan bakar nabati. "Tapi, ini masih perhitungan kasar. 10 kilogram bisa menghasilkan tiga liter bahan bakar nabati, sudah sangat bagus," katanya.

Hasil penelitian tim Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh, menyebutkan, sampai saat ini, tidak ada satupun petani di wilayah provinsi ini yang mengusahakan tanaman ini sebagai tanaman bernilai ekonomi tinggi. S etiap satu batang umbi-umbian, dalam satu tahun, beratnya bisa mencapai lima kilogram. Masa panen tanaman ini adalah pada usia enam hingga 12 bulan.

Disamping itu, tanaman gadung sebenarnya sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Diosgenin, zat yang terkandung pada tanaman ini, sudah lama digunakan sbagai bahan baku pembuatan pil anti-kehamilan. Secara et nobotanik, menurut tim peneliti, tanaman ini juga sudah digunakan sebagai obat tradisional yang bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit kencing manis, nyeri empedu, rematik hingga nyeri persendian.

Sementara, untuk pembuatan etanol, kandungan metabolit primer gadung menjadi sumber bahan baku pembuatan etanol atau bahan bakar nabati.

Meski demikian, gadung juga memiliki senyawa alkaloid yang diyakini sebagai racun, yaitu senyawa asam sianida.

Untuk mengurangi risiko terjadinya keracunan, sebelum dimakan, harus dibersihkan dan direbus dulu hingga matang, kata tim peneliti.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com