JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin hari Pancasila semakin tergerus dan kehilangan pamornya. Posisi sentral pancasila dalam aras kehidupan politik tanah air juga semakin tergeser.
Hal tersebut dikatakan Hermandari Kartowisastro, Steering Comitte Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), dalam diskusi publik yang bertajuk Pancasila dan Dalam Pusaran Globalisasi Dan Fundamentalis, di Jakarta (1/6).
Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut. Yang pertama adalah, pada zaman orde baru dimaknai dengan sepihak. "Masyarakat diarahkan untuk melihat makna pancasila dari satu sisi saja, sesuai keinginan penguasa," kata dia.
Penyebab kedua, lanjut adalah globalisasi. Globalisasi membawa kebangkrutan banyak ideologi baik universal atau pun lokal. "Selain itu nasionalisme lokal dan bentuknya yang paling kasar, semacam ethnicalism dan bahkan tribalism semakin meningkat. Dan itu mengancam, intregrasi negara yang majemuk dari sudut etnis, sosio kultural dan agama" tegas dia.
Dan penyebab ketiga adalah reformasi. Dengan adanya reformasi, membuka peluang bangkitnya ideologi-ideologi lain, termasuk ideologi berasaskan agama. Upaya formalisasi aturan keagamaan dalam ruang publik melalui berbagai kebijakan seperti UU pornografi dan lahirnya perda keagamaan.
Jika hal tersebut terus berlanjut, Hermandari mengkhawatirkan perjuangan Bung Karno yang melahirkan pancasila 64 tahun lalu hanya akan sia-sia. "Pancasila harus menjadi dasar negara Indonesia lagi, karena hanya pancasila denga prinsip Bhineka Tunggal Ika nya semua kepentingan masyarakat dapat terangkul," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.