Oleh Satyagraha
KOMPAS.com — Komunitas punk dapat dikatakan berkembang di Indonesia. Dan ketika akses informasi mulai mudah didapat, mereka tidak segan-segan untuk menunjukkan eksistensinya.
Dahulu ada semacam pendapat bahwa mereka adalah preman jalanan. Namun, perlahan-lahan stigma yang berkembang di masyarakat itu adalah salah dan lambat laun komunitas punk mulai memperlihatkan kontribusinya kepada masyarakat.
Itulah pemaparan singkat mengenai keadaan komunitas punk yang dikatakan Mujib, salah seorang pentolan punk dari komunitas Taring Babi.
Pria berambut gondrong itu menyatakan bahwa punk itu awalnya merupakan gerakan anti-kemapanan dengan semangat berdikari.
"Yah, intinya selama masih ada semangat perlawanan, di situlah semangat dari punk akan tetap ada," ujar pria yang tidak pernah tinggal menetap ini.
Lain lagi pendapat dari Andhi. Pemuda asal Magetan ini mengatakan bahwa punk merupakan perlawanan terhadap kultur budaya yang populer.
"Punk itu merupakan pilihan hidup bagi yang menyakini, terutama mereka yang menghendaki kemandirian," ujar Andhi yang baru dua tahun menetap di Jakarta.
Andhi menambahkan, komunitas punk yang tertanam dalam benak masyarakat adalah merupakan murni pandangan yang salah.
Kostum hitam-hitam, rambut mohawk, celana street dan sepatu bot merupakan aksesoris lazim yang biasanya dipakai oleh anak-anak punk. Namun, mereka sekarang tidak terjebak dengan penampilan seperti itu.