Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Knalpot "Made in" Purbalingga Dipakai Mercedes

Kompas.com - 23/04/2009, 14:17 WIB

PURBALINGGA, KOMPAS.com — Industri knalpot mobil di Kabupaten Purbalingga dipercaya untuk memasok kebutuhan produsen mobil merk Mercedes Benz karena dinilai memiliki kualitas baik.

"Siapa sangka knalpot buatan saya digunakan Mercedes Benz (Mercy)," kata Agus Adi Atmaja (40), perajin knalpot di Desa Patemon, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Kamis.
     
Ia mengatakan, perusahaan mobil mewah asal Jerman tersebut telah memesan 1.000 knalpot buatannya (setiap unit terdiri dua buah) sekitar tahun 2004 untuk masa kontrak satu tahun. Menurut dia, pihak Mercy juga telah menghubunginya dan menyatakan hendak memesan knalpot sebanyak 1.000 unit untuk mobil seri terbarunya.
     
"Kemungkinan tahun ini dapat terealisasi karena Mercy selalu mengeluarkan seri terbaru setiap lima tahun," katanya.
     
Disinggung mengenai perkiraan nilai pesanan knalpot dari Mercy, dia mengatakan, kemungkinan seperti kontrak sebelumnya, yakni sekitar Rp 2 juta per unit.
     
Namun, untuk pesanan mendatang, kata dia, kemungkinan akan terjadi negosiasi terkait tingkat kesulitan yang dihadapinya. Selain melayani pesanan dari Mercy, dia mengatakan, knalpot buatannya juga dijual untuk masyarakat umum dengan jangkauan pasar berbagai kota di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
     
Knalpot, yang desainnya dibuat Agus tersebut, dijual dari harga Rp 35.000 hingga Rp 250.000 per unit.
     
"Produksi rata-rata per bulan sebanyak 500 unit yang dikerjakan oleh sembilan pegawai selama 26 hari kerja," kata dia yang memiliki perusahaan knalpot bernama Vanvolker Enterprise.
     
Meski memiliki nama sendiri, dia mengaku memproduksi berbagai knalpot dengan nama atau merek terkenal, seperti AMG dan Remus. Menurut dia, knalpot buatannya yang diberi nama merek-merek keren tersebut justru hasil desainnya bukan sebagai penjiplakan.

Bahkan pemilik merek-merek tersebut, kata dia, justru mempersilakan penggunaannya dan merasa diuntungkan. "Namun, saya jelas dirugikan karena nama dagang saya jadi tidak dikenal. Apa boleh buat, hal itu demi memenuhi keinginan konsumen meski sebenarnya produsen asli pemilik merek dagang tersebut tidak membuat knalpot yang desainnya saya rancang sendiri," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com