Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewo dan Tanaman Sirih Merah dari Merapi

Kompas.com - 14/04/2009, 07:36 WIB

Selain menyediakan bibit yang semuanya merupakan keturunan tanaman yang dia bawa dari lereng Gunung Merapi, Dewo juga membeli hasil panen sirih merah dari petani.

Daun sirih merah dengan lebar delapan sentimeter, dia beli dengan harga Rp 120.000 per kilogram. Adapun daun sirih merah super dengan lebar minimal 11 cm dihargai Rp 150.000 per kilogram.

Meski usahanya relatif berhasil, Dewo belum puas. Ia mengaku masih punya berbagai obsesi terkait pengembangan sirih merah. Selama ini sumber literatur tentang sirih merah masih sangat terbatas. Ia berharap ada penelitian lebih lanjut agar segenap potensi tanaman sirih merah bisa bermanfaat bagi masyarakat.

”Alam telah menyediakan segalanya. Masalahnya, bagaimana kita menemukan dan mengolahnya menjadi obat yang bermanfaat bagi kesehatan,” katanya.

Lahan terbatas

Keseriusan Dewo dalam mengolah tanaman sirih merah sebagai tanaman obat bisa dilihat dari rumah bambu miliknya. Kata dia, rumah bambu itu dibangun untuk menyiasati lahan yang terbatas. Dengan bentuk vertikal, dia memiliki banyak ruang untuk membudidayakan bibit sirih merah.

Bibit dari rumah bambu inilah yang kemudian ditanam para petani di ladangnya masing- masing. Beberapa bulan kemudian, bibit-bibit itu akan kembali ke rumah bambu tersebut dalam bentuk lembaran daun sirih merah yang berguna sebagai bahan baku obat herbal. Di rumah bambu Dewo pula, lembar-lembar daun sirih merah itu diolah menjadi beraneka produk obat herbal.

Rumah bambu ini menutupi lahan seluas 1.000 meter persegi. Di lantai satu dan dua, sirih merah yang ditanam dalam pot-pot kecil menjalar ke atas kayu-kayu penopangnya.

Di lantai tiga dan empat rumah itu tersedia meja dan kursi yang biasa dipakai para tamu bersantai sambil menikmati ramuan daun sirih merah.

”Memang sering ada tamu berobat ke sini. Sambil menunggu, para tamu bisa ngisis (mencari angin) sambil melihat tanaman dan menikmati teh sirih merah,” kata Dewo tentang rumah bambunya.

Ruang-ruang dalam rumah bertingkat dari bambu ini dibangun sesuai dengan lingkungan sekitar yang ditumbuhi banyak pohon besar. Sambil duduk menikmati semilir angin di lantai tiga atau lantai empat, para tamu bisa meraih buah asam atau buah sawo yang berada di pohon sekitarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com