Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewo dan Tanaman Sirih Merah dari Merapi

Kompas.com - 14/04/2009, 07:36 WIB

Merasa berjodoh dengan khasiat tumbuhan tersebut, Dewo yang telah membuka perusahaan jamu berskala industri rumahan berlabel Sekar Kedathon, pada tahun 1997 mulai fokus menggali manfaat sirih merah.

Skala besar

Lulusan jurusan Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, ini semakin rajin mencari informasi seputar tanaman sirih merah. Sejumlah perpustakaan dan toko buku dia datangi. Ia juga berkonsultasi dengan beberapa pakar tanaman herbal, dokter, sampai budayawan dalam proses mengolah tanaman sirih merah.

Tahun 2004 Dewo mulai memasarkan ramuan teh herbal dari sirih merah. Ia barangkali adalah orang pertama yang mengolah sirih merah sebagai industri herbal. Eksplorasi terhadap manfaat sirih merah itu terus berlanjut sehingga ia bisa menciptakan produk-produk lain dari tanaman tersebut.

Untuk membuat produknya, setiap bulan Dewo memerlukan sekitar lima kuintal daun sirih merah basah. Bahan baku itu diolah menjadi berbagai produk, di antaranya teh herbal celup, teh herbal seduh, berbagai kapsul dari ekstrak sirih merah, sampai teh pelangsing.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan herbal milik Dewo berkembang pesat. Jika pada tahun 1997 ia bekerja sendiri, belakangan dia dibantu 25 karyawan.

Produk-produk yang dihasilkan Dewo itu telah mendapat pengesahan dari Badan Pusat Pengawas Obat-obatan dan Makanan. Kini, semua produk Dewo bisa dikatakan sudah tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia serta diekspor ke Malaysia dan Brunei.

 Kemitraan

Untuk menjamin pasokan bahan baku sirih merah, Dewo menjalin kemitraan dengan para petani di sejumlah daerah, baik di kawasan DI Yogyakarta maupun Jawa Tengah. Tak kurang dari 50 petani yang bekerja sama dengannya.

”Saya tidak punya lahan, jadi lebih baik mengembangkan sistem kerja sama dengan para petani sirih merah,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com