Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percikan Kekuatan di Lahan Beringin

Kompas.com - 18/02/2009, 08:20 WIB

OLEH SULTANI

DOMINASI Golkar di Kalimantan Timur telah berlangsung sejak Pemilu 1971. Kini, selain kesetiaan pada partai, faktor kemampuan individu juga memiliki peran yang cukup menonjol terhadap preferensi pemilih di Kaltim. Akankah sistem suara terbanyak menjadi percikan kekuatan yang mampu mengubah wajah partai berlambang beringin dalam Pemilu 2009 nanti?

Penguasaan politik oleh Golkar yang didukung pemerintah pusat, TNI, dan birokrasi di Kaltim sudah tampak pada pemilu pertama di zaman Orde Baru. Dalam Pemilu 1971 Golkar menguasai 54,8 persen suara. Suara untuk partai ini terus naik dan pada pemilu terakhir masa Orde Baru, 1997, partai ini menguasai 70 persen suara.

Pada pemilu masa reformasi, Golkar juga tetap bisa mempertahankan dominasinya atas partai-partai lain dengan menjadi pemenang Pemilu 1999 dan 2004. Dalam pemilu terakhir tersebut, Golkar tetap unggul dari rival lamanya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Bahkan, Golkar mampu menang di 11 kabupaten/kota, sementara PDI-P hanya menang di Kabupaten Malinau dan Kutai Barat.

Tetap eksisnya tiga partai lama, Golkar, PDI-P, dan PPP, mengingatkan konstelasi dan struktur politik zaman Orde Baru. Hal ini tidak berlebihan karena ketiga partai ini memiliki akar geneologis yang kuat sejak Pemilu 1977.

Ketiga partai tersebut juga dominan dalam penguasaan kemenangan dalam pilkada. Jika ditelisik, kemenangan dari tiga partai tersebut dalam pilkada disokong oleh daerah-daerah yang menjadi basis massa mereka pada pemilu sebelumnya. Kutai Kartanegara merupakan basis terbesar Golkar di Kaltim. Pendukung Golkar di Kabupaten Kutai Kartanegara terbilang solid sehingga dalam pemilihan bupati, calon yang diusung Partai Golkar, Syaukani HR, berhasil meraup suara hingga 60 persen lebih.

Selain Kutai Kartanegara, Golkar juga solid di Kota Samarinda, Bontang, dan Berau. Di ketiga kabupaten/kota itu Golkar berhasil menjadi pemenang pemilu dan pilkada sekaligus. Di Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau posisi Golkar terbilang rapuh, kemenangan Golkar di kedua kabupaten itu diperoleh melalui koalisi dengan partai lain. Padahal, Pemilu 2004 Golkar tampil sebagai pemenang di sana.

Kemerosotan popularitas PDI- P dalam Pemilu 2004 membuat Kota Samarinda dan Kota Balikpapan yang menjadi basis massa partai ini sejak zaman PNI berpindah ke Golkar.

Di kota-kota tersebut PDI-P hanya bisa menempati posisi kedua dan ketiga dengan selisih suara yang signifikan. Posisi tersebut membuat PDI-P sebagai partai yang rapuh di Kaltim. Selain kalah di pemilu legislatif, partai berlambang banteng moncong putih ini juga banyak mengalami kekalahan dalam pilkada. Hanya empat pilkada yang bisa dimenangi PDI-P, yaitu di Kutai Barat, Malinau, Kota Balikpapan, dan Kota Tarakan. Kemenangan tersebut pun diperoleh dengan koalisi.

Sementara itu, kehadiran Partai Keadilan Sejahtera (PKS) turut memberi warna pada peta politik Kaltim, bahkan dalam Pemilu 2004 menggeser posisi PPP ke urutan keempat. PKS sebagai pendatang baru memiliki daya tarik tersendiri bagi pemilih di Kaltim, terutama di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Meskipun tidak menang, dukungan terbanyak partai ini didapatkan di dua kota ini. Boleh jadi, dukungan pada partai ini mencerminkan kerinduan masyarakat Kaltim terhadap Masyumi, satu- satunya partai Islam yang bisa menyaingi kekuatan PNI di sana pada Pemilu 1955.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com