Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budaya Sungai dan Patronase Wilayah

Kompas.com - 17/02/2009, 09:21 WIB

KALIMANTAN, merujuk pada karya Tjilik Riwut, Kalimantan Memanggil (1958), artinya adalah ”Pulau dengan sungai-sungai besar”. Terdapat sejumlah sungai besar di Kalimantan beserta puluhan anak sungai yang mengalir membelah pulau yang luasnya mencapai tiga kali Pulau Jawa. Sebagian di antaranya berada di Kalimantan Selatan.

Barito, salah satu sungai terpanjang dan terluas di Kalimantan, memiliki dua anak sungai besar, yaitu Bahan atau Negara dan Sungai Martapura. Sungai Negara membentuk beberapa cabang anak sungai, yaitu Tabalong, Pitap, Alai, Amandit, dan Amas yang tepiannya menjadi pusat permukiman penduduk. Kota- kota yang terbentuk di sekitarnya di antaranya Negara, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, dan Tanjung. Dari sinilah berkembang sub-etnis Banjar Pahuluan atau Banjar Hulu.

Penduduk yang bermukim lebih masuk ke pedalaman, yang dahulu menjadi pusat-pusat kekuasaan, seperti lembah Sungai Negara, membentuk sub-etnis Banjar Batang Banyu. Sementara penduduk yang tinggal di tepian Sungai Martapura yang melintasi Martapura, Kota Banjar Baru, dan Kota Banjarmasin dikenal sebagai sub-etnis Banjar Kuala.

Berdasarkan unsur pembentukan suku, baik antropolog Alfani Daud maupun sejarawan Idwar Saleh membagi suku Banjar dalam tiga sub-etnis: Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala.

Banjar Pahuluan, menurut Idwar, adalah campuran antara suku Melayu dan Dayak Meratus (Bukit). Sub-etnis Banjar Batang Banyu yang kombinasinya lebih heterogen, diimbuhi Dayak Maanyan, Lawangan, dan Jawa. Sementara yang ketiga, Banjar Kuala, adalah campuran Banjar Pahuluan yang berasimilasi dengan Dayak Ngaju, Barangas, dan Bakumpai.

Budaya sungai

Perkembangan etnis Banjar berkaitan erat dengan keberadaan sungai. Ini disebabkan sungai adalah jalur mobilitas dan jalan transportasi sebagian besar masyarakat Banjar. Menurut arkeolog Bambang Sugiyanto, budaya sungai sangat kental dalam kehidupan masyarakat Banjar.

Budaya sungai merupakan produk dari keluwesan, pengalaman hidup, dan adaptasi mereka dengan kehidupan di pinggiran atau di sepanjang bantaran sungai (Jurnal Kandil Edisi 7, Tahun II, November 2004-Januari 2005). Budaya sungai ini mewarnai segala aspek ekonomi, sosial, tak ketinggalan kehidupan politik masyarakat Banjar. Tak pelak, sungai berperan membentuk pola hubungan perdagangan, interaksi sosial, dan jaringan kekuasaan pada sebagian besar masyarakat Kalsel.

Di sisi lain, budaya sungai membentuk karakter etnis Banjar sebagai orang yang terbuka, mudah bergaul dengan siapa pun, dan cepat beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Namun, tabiat sungai yang pasang surut juga membentuk orang yang hidup di tepiannya menjadi pejuang keras dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dalam kehidupan sosial selanjutnya, sungai menjadi sarana mempererat jejaring bubuhan antarleluhur dan lokalitas pada sebagian masyarakat Banjar yang bermigrasi ke hulu ataupun hilir sungai.

Budaya sungai yang menghubungkan bubuhan-bubuhan, disertai dengan patron ulama, menjadi dua faktor krusial bagi partai politik dan calon anggota legislatif yang berhasrat memenangi pemilihan umum di Kalsel. Jika parpol dan caleg pandai memaknai budaya sungai dan merangkai jejaring bubuhan patron ulama lokal dan regional, niscaya lebih mudah meretas dukungan suara masyarakat Kalsel. (NURUL FATCHIATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com