Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BNPB: Kita Harus Akrab dengan Bencana

Kompas.com - 06/02/2009, 17:34 WIB

LAMONGAN, JUMAT — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Mayor Jenderal Syamsul Maarif menyatakan prihatin kepada korban bencana luapan Bengawan Solo di Lamongan dan Bojonegoro. Syamsul, Jumat (6/2), menyerahkan bantuan pada kedua wilayah banjir ini masing-masing dua lembar cek senilai total Rp 100 juta. Di Lamongan, cek diserahkan kepada Wakil Bupati Lamongan Tsalist Fahami Zaka di lokasi banjir Desa Truni Kecamatan Babat. Adapun di Bojonegoro diserahkan langsung kepada Bupati Bojonegoro Suyoto, di rumah dinas Bupati Bojonegoro.

Syamsul, selain menyatakan keprihatinannya, bantuan itu hanya stimulus. Dia juga meminta masyarakat mulai menyadari tentang lingkungan, seperti mendirikan bangunan tidak di wilayah yang rentan bencana seperti di bantaran. Model bangunan di daerah gempa harus dirancang tahan gempa. "Saya merasa bangga pada masyarakat Desa Truni yang bergotong royong menguatkan tanggul agar dampak luapan Bengawan Solo bisa dikendalikan," kata Syamsul.

Menurut dia, masyarakat perlu mulai menyadari dan akrab serta bersahabat dengan bencana, hidup berdampingan dengan bencana (living together with disaster). "Kenapa demikian, kini ada perubahan iklim yang tidak bisa ditebak dan pergeseran musim. Kita tidak bisa lagi percaya penuh pada siklus. Semuanya berubah, dulu banjir hanya dari sungai, kini banjir bisa timbul akibat rob. Indonesia juga sering diguncang gempa karena berada di lempeng yang mudah gerak dan banyak gunung api," katanya mencontohkan.

Oleh karena itu, pemerintah dalam membuat kebijakan pembangunan perlu didasari risiko penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga perlu keterlibatan masyarakat. Penanggulangan bencana menuntut peran aktif pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, dan pusat.

Syamsul membantah bahwa penanganan bencana luapan Bengawan Solo yang tejadi hampir setiap tahun lambat. Menurut dia, antisipasi yang dilakukan sebenarnya sudah bagus, apalagi didukung teknologi dan kecepatan akses informasi.

Namun, jalan keluar menyelesaikan persoalan bencana tidak semudah yang dibayangkan. Untuk mencegah banjir, dibuat waduk lagi, misalnya, apakah tidak muncul persoalan baru karena menyangkut sejarah kehidupan masyarakat. "Kalau tanggul ditinggikan dan dilebarkan, apakah warga di sekitar bantaran sungai di dalam tanggul mudah direlokasi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com