Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beragam Ritual dalam Menyambut 1 Sura

Kompas.com - 29/12/2008, 22:25 WIB

SEMARANG, SENIN– Dalam memperingati datangnya tahun baru Jawa 1 Sura yang bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharam, masyarakat Kota Semarang menyambutnya dengan berbagai ritual mulai dari berendam hingga memandikan benda kesayangan.

Di Tugu Suharto, Kota Semarang, ratusan orang datang silih berganti untuk berendam pada Minggu (28/12) malam sekitar pukul 22.30. Mereka tidak hanya berasal dari Kota Semarang, tetapi juga dari luar daerah.

Tugu Suharto yang terletak di Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajah Mungkur, merupakan pertemuan antara Kali Kreo dan Kali Kripik. Kebanyakan warga berendam karena memiliki kepercayaan akan dikabulkan keinginannya. Kepercayaan ini dinilai sebagai nilai spiritual yang terdapat di Tugu Suharto. 

Yati (45), warga Jalan Singosari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, mengakui, sudah belasan kali berenda di kawasan Tugu Suharto. “Sejak saya muda sudah berenda di sini,” ujarnya.

Adi Pratama (20), pegawai restoran di Jalan Letjen S Parman, mengaku penasaran dengan mitos perayaan satu sura di kawasan Tugu Suharto. Untuk itu, ia mencobanya setelah diberitahu oleh teman kerjanya. “Coba saja, toh tidak ada ruginya,” kata Adi menirukan ucapan temannya.

Sukarno (59), tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan, ritual berendam atau dikenal dengan istilah Jawa kungkum di dekat Tugu Suharto sudah dilakukan sejak 1970-an. “Warga yang berendam di sini mempercayai bahwa keinginannya akan dikabulkan,” ucap Karno.

Namun, Karno mengakui prosesi yang kini dilakukan warga sudah banyak mengalami perubahan dari yang sebelumnya diikuti. “Banyak warga yang datang berendam tetapi tidak mengerti manfaatnya,” ucapnya.

Seiring berjalannya waktu, pengunjung yang berdatangan ke Tugu Suharto semakin banyak. Akibatnya, lanjut Karno, warga Kelurahan Bendah Duwur mulai mengenakan biaya retribusi kepada pengunjung sebagai ganti atas biaya kebersihan, listrik, dan penataan lingkungan.

Banyaknya pengunjung juga mendatangkan rezeki bagi warga setempat. Arif Wicaksono (26), penyedia jasa cuci kaki di sekitar lokasi ritual, mengaku bisa memperoleh penghasilan Rp 300.000 selama perayaan. Arif memberlakukan tarif Rp 1.000 bagi setiap pengunjung yang membasuh kakinya.

“Lumayan unatuk menambah pendapatan, setahun sekali soalnya,” ujar lelaki yang setiap harinya berpenghasilan rata-rata Rp 30.000 dari memproduksi tahu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com