Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Khawatir Krisis Menyebar

Kompas.com - 13/12/2008, 04:16 WIB

PARIS, JUMAT - Kerusuhan yang terjadi selama enam hari di Yunani dikhawatirkan meluas ke sejumlah negara lain di wilayah Eropa. Pengamat politik dari Florence University, Roberto d’Alimonte, Jumat (12/12), khawatir kerusuhan akan mudah terjadi di negara lain jika ada pemicu yang tepat.

Krisis di Yunani diawali dari penembakan seorang remaja oleh polisi. Aksi protes memburuk karena dipicu aksi protes keras oposisi pada pemerintahan sayap kanan.

Kekhawatiran itu telah terbukti dengan adanya protes serupa di kantor Kedutaan Besar Yunani di Italia, Perancis, dan Spanyol. ”Jika ada pemicu kuat, pasti akan terjadi protes dan kerusuhan persis seperti di Yunani. Kita tak bisa mengabaikan fenomena tiru-meniru. Kini pemuda di Italia juga tengah khawatir dan frustrasi akan masa depan. Krisis Yunani memperparah kondisi yang ada,” kata D’Alimonte.

Sosiolog dari Spanyol, Andreu Lopez, menegaskan, kondisi ekonomi dan politik Yunani lebih parah dibandingkan dengan negara lain di Eropa.

”Krisis Yunani tidak mungkin terjadi di Spanyol. Pemuda di Spanyol mempunyai lebih banyak kesempatan. Bantuan untuk mereka juga lebih banyak daripada negara lain, entah itu dalam bentuk beasiswa atau bantuan keuangan untuk keluarga,” kata Lopez yang pernah meneliti dunia pemuda di Spanyol.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy meminta pemerintahannya berhati-hati akan munculnya protes atau bahkan gerakan pemberontakan terkait isu krisis ekonomi dan memburuknya kondisi kehidupan masyarakat. Saat berbicara dengan asisten dan para pendukungnya, Sarkozy mengingatkan, krisis ekonomi bisa memicu protes. ”Lihat saja apa yang terjadi di Yunani,” ujarnya.

Mantan PM Perancis dari Partai Sosialis, Laurent Fabius, juga memberi peringatan serupa. ”Ketika mengalami depresi ekonomi dan terbelit masalah sosial, hanya perlu korek api yang kecil untuk menyalakan api di mana-mana,” ujarnya kepada Radio Europe 1.

Protes terkait isu Yunani telah terjadi di Kedubes Yunani di kota Bordeaux, Perancis. Dua mobil dibakar. Sebelumnya, kantor Kedubes Yunani di Moskwa, Rusia, dan Roma, Italia, juga dilempari dengan bom molotov.

Sekitar 11 demonstran di Spanyol ditangkap ketika terjadi bentrokan di Madrid dan Barcelona. Protes dengan memakai kekerasan ini dipimpin kelompok-kelompok kiri yang turut bersimpati terhadap Yunani.

Seperti halnya di Yunani, para pelajar di Perancis, Spanyol, dan Italia melakukan aksi protes keras karena marah. Pemerintah dituding kurang perhatian terhadap perguruan tinggi. Pada bulan lalu ribuan pemuda Italia memprotes tingginya tingkat pengangguran pemuda yang mencapai lebih dari 23 persen.

Perancis juga memiliki persoalan yang sama. Protes di kalangan mahasiswa bukan hal yang aneh di Perancis. Para politikus khawatir protes pelajar dan mahasiswa dari kelas menengah ke atas akan meluas dan memicu kerusuhan pemuda imigran dari kelas menengah ke bawah.

Isu protes meluas

Di Yunani, bentrokan antara polisi dan pemuda masih terjadi, terutama di kota Athena. Sekitar 4.000 pelajar kembali turun ke jalan dan terlibat bentrokan dengan melemparkan bom molotov dan dibalas dengan gas air mata.

Protes makin parah dipicu kemarahan dan kekecewaan terhadap pemerintah terkait skandal korupsi dan krisis ekonomi.

”Pemerintah mulai tak mampu menangani masalah. Pemerintah terjepit antara keinginan untuk mengambil tindakan keras atau lembut. Jika bertindak keras, nanti dikira junta militer telah kembali,” kata warga Athena, Yannis Kalaitzakis (49).

Protes di Yunani meluas hingga protes atas krisis ekonomi dan kesulitan hidup sehari-hari. Pemrotes mulai menyebarkan tuntutan lapangan pekerjaan dan kenaikan upah minimum. Para pengamat mengingatkan, jika krisis tidak segera ditangani, akan muncul isu sosial yang mengerikan. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com