JAKARTA, RABU - Gonjang-ganjing melemahnya nilai tukar rupiah membuat PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) memutuskan mengalihkan (konversi) utang valuta asing ke dalam mata uang garuda itu. Direktur utama BRI Sofyan Basir mengatakan, pengalihan tersebut untuk membantu kinerja BRI dalam menghadapi krisis finansial global.
Menurutnya, konversi itu akan dilakukan terhadap sejumlah debitur BRI. ""Ada tiga sampai empat debitor besar yang akan kami konversikan," kata Sofyan Basir di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (4/11).
Cuma, Sofyan mengaku tidak tahu berapa persis nilai utang debitor-debitor kakapnya itu. "Saya nggak tahu persis, lupa, karena itu proses berjalan," imbuhnya. Yang pasti, lanjut Sofyan, debitur-debitur tersebut merupakan perusahaan nasional. Pengalihan mata uang atas utang debitornya itu dilakukan untuk mengurangi permintaan korporasi terhadap dollar Amerika Serikat.
Sementara itu, kehadiran Sofyan bersama direksi Bank Mandiri dan BNI mendampingi Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil di Istana Wapres kemarin bertujuan untuk melaporkan kondisi perbankan secara nasional kepada Jusuf Kalla. "Wapres tadi bertanya soal giro wajib minimum. Saya katakan kondisi perbankan aman," katanya.
Amannya sektor perbankan aman karena kecepatan kebijakan yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia yang antara lain meliputi marked to market dan penjaminan dana nasabah. Kebijakan tersebut cukup efektif menenangkan nasabah sehingga posisi keuangan bank tetap aman. "Dan buktinya, hari ini tingkat suku bunga pasar bank sudah turun, normal kembali. Deposito sudah tidak perang lagi," katanya. Selain itu, direksi bank pelat merah itu juga melapor kepada Wapres soal kredit.