Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi ISPA dan Malaria, 200 Item Obat Disiapkan

Kompas.com - 27/10/2008, 15:39 WIB

SUNGAILIAT, SENIN - Pemerintah Kabupaten Bangka menyiapkan 200 item obat-obatan berupa parasetamol, OBH, antalgin dan antibiotik, guna mengantisipasi endemis penyakit Ispa dan malaria bertepatan musim pancaroba ditandai hujan mulai mengguyur daerah itu.
    
"Musim pancaroba ini hingga  Desember dan biasanya banyak pasien Ispa dan malaria kambuh kembali penyakitnya atau muncul kasus-kasus baru penyakit terbanyak diderita masyarakat Bangka," ujar Kepala Dinas Kesehatan Bangka Drg.Mulyono  Susanto,MHSM di Sungailiat, Minggu.

Setelah akhir Desember yaitu periode Januari sampai Mei dan seterusnya hingga akhir tahun penyakit demam berdarah yang banyak muncul akibat mulainya musim hujan yang menyisakan genangan air di sekitar lingkungan sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk pembawa demam berdarah.

Mengantisipasi endemis Ispa dan malaria, Mulyono meminta seluruh lapisan masyarakat Bangka terus meningkatkan kewaspadaan dengan menjaga kesehatan secara baik, membersihkan lingkungan, tidur menggunakan kelambu agar terhindar dari gigitan nyamuk malaria.

Ia menjelaskan, penyakit Ispa dan malaria di  wilayah Kabupaten Bangka merupakan penyakit yang masuk  10 besar, terkait banyaknya kolong eks penambangan timah yang pada musim hujan menampung air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk.

"Pada awal-awal musim hujan kasus-kasus demam berdarah muncul periode Januari sampai Mei dan ini berbahaya. Semua  penyakit terkait dengan nyamuk secara pola perhitungan akan muningkat bulan ini hingga  Desember terutama malaria dan selanjutnya demam berdarah." ujarnya.

Ia menjelaskan, dengan tersedianya 200 item obat-obatan berupa  parasetamol, OBH, antalgin,antibiotik dan obat-obatan lainnya, jumlah stok obat dalam posisi aman atau cukup untuk kebutuhan hingga  akhir tahun.
        
Sedangkan seluruh jenis obat-obatan kadaluwarsa yang sudah habis masa berlakunya dimusnahkan, karena bila digunakan membahayakan keselamatan pasien.

"Kita beli paling tidak berjarak dua tahun dari batas akhir masa berlakunya habis, sehingga masih sangat panjang untuk digunakan, namun masalah pengawasan obat tetap dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan dan Badan POM." ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com