Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Usul Pemberantasan Malaria

Kompas.com - 21/10/2008, 13:57 WIB

KOTA Jakarta lama (Batavia, 1619-1942-red) adalah lahan subur penyakit malaria. Puluhan ribu orang Eropa tewas di Batavia yang dijuluki sebagai Graaf der Hollander (kuburan orang Belanda-red). Belakangan, baru diketahui, malaria adalah penyebab kematian yang sedemikian dahsyat di Batavia.

Pada tahun 1880 praktisi medis Prancis bernama Charles-Louis Alphonse Laveran (1845-1922) menemukan bahwa Malaria disebabkan oleh Protozoa (organisme bersel tunggal). Untuk penemuan tersebut, Laveran diganjar Hadiah Nobel di bidang medis tahun 1907.

Dalam perkembangan, tahun 1898, Sir Ronald Ross (1857-1932) menemukan siklus hidup parasit Malaria berkembang di dalam nyamuk dan tubuh manusia yang terinfeksi. Atas temuan tersebut, Ross mendapat Hadiah Nobel bidang medis tahun 1902.

Upaya penanganan Malaria pasca Perang Dunia II hingga dekade 1970-an dilakukan dengan menggunakan pestisida DDT. Langkah tersebut berhasil memberantas wabah Malaria di beberapa bagian dunia. Sebagai catatan, pada tahun 1960-an, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan seri perangko Dunia Bersatu Memberantas Malaria bergambar nyamuk Malaria.

Namun akhirnya, larangan penggunaan DDT diterapkan. Kini jumlah nyamuk pembawa Malaria tetap berkembang di beberapa bagian dunia. Sejumlah daerah di Republik Indonesia diketahui merupakan daerah endemik Malaria.

( Iwan Santosa, disarikan dari The Book of Origins, karya Trevor Homer, Penguin Books, London, 2007 dan pelbagai sumber) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com