Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dede Bukan Lagi "Manusia Akar"

Kompas.com - 26/08/2008, 03:09 WIB

JULUKAN manusia akar mungkin sudah tidak pas lagi ditujukan untuk Dede (38) warga Kampung Bunder RT01 RW06 Desa Tanjung, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung. Kutil yang bertahun-tahun tumbuh di tubuhnya hingga kedua tangan dan kakinya menyerupai akar pohon kini “lenyap” sudah. Tidak ada lagi, kutil panjang yang memberatkan kakinya saat melangkah. Kini Dede sudah tampil hamper sama dengan orang normal lainnya.

Setelah 9 bulan menjalani perawatan di RS Hasan Sadikin Bandung, serta menjalani 8 kali operasi dan satu kali proses biopsy, Dede akhirnya diperkenankan pulang oleh tim dokter , Senin (25/8). Ditemani beberapa kerabatnya, Dede meninggalkan ruang RBB RSHS dengan senyum malu-malu.

Mengenakan kemeja lengan pendek bergaris warna cokelat dan dipadu celana panjang hitam, Dede tampak tampil sangat jauh berbeda dibanding pertama kali dating di RSHS. Ditambah kacamata yang menempel di wajahnya, Dede semakin terlihat lebih “rapih”. Bukan hanya wartawan yang “pangling”, tapi sejumlah pengunjung yang mengikuti berita Dede di media juga seakan tidak percaya dengan tampilan Dede yang baru. Bahkan seorang wartawan dengan celetukannya meneriakan, “Dede jadi mirip AA Gym euy,” cetusnya.

Sembilan bulan lalu, Dede masih berambut panjang tak terurus dan tubuh kurus. Kutil banyak menempel di wajah serta kepalanya serta kutil memanjang yang memenuhi tangan dan kakinya. Saat itu orang yang melihat tentu bukan hanya iba, tapi ada perasaan “jijik”. Namun itulah kenyataan yang dihadapi ayah dua anak ini. Bertahun-tahun ia hidup dengan kutil yang tumbuh liar di tubuhnya, hingga ia harus kehilangan hari-harinya termasuk istrinya yang menggugat cerai karena tak tahan dengan kondisinya.

Hari-hari Dede sempat dilalui dengan kegiatan yang tak menyenangkan mulai dari mengemis di depan Gedung Asia Afrika hingga harus menjadi tontonan warga saat tampil di acara “manusia-manusia ajaib” di Dezon, alun-alun Bandung. Namun kegiatan terakhir itulah yang membawa perubahan pada nasib lelaki berkulit hitam ini.

Di acara tersebut, seorang professor dari Amerika , Anthony Gaspari menemuinya dan tertarik untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Sejak itu, Dede tampil disebuah stasiun televise asing hingga tersebar di media nasional dan lokal. Efeknya tentu disatu sisi membawa keuntungan. Menkes RI Siti Fadilah Supari langsung meminta Dinkes Jabar untuk segera menangani Dede di RSHS. Tepat 23 November 2007, Dede dijemput di rumahnya dan di rawat di RSHS hingga sembuh.

“Alhamdulilah, sekarang saya sudah bisa pulang. Rasanya senang, karena bisa kumpul lagi dengan keluarga,” kata Dede saat ditanya perasaanya, ketika jumpa pers dengan wartawan di ruang rapat Ilmu Penyakit Dalam RSHS, Senin (25/8).

Ia mengaku setelah ini, akan bertemu lagi dengan tetangga dan teman-temannya. Ia sudah sangat ingin kumpul dan ngobrol bareng tetangganya di rumahnya yang berada di dekat hamparan sawah tersebut. Untuk rasa syukurnya, Dede juga berniat mengadakan acara syukuran. “Kalau itu keluarga emang sudah niat. Mungkin syukuran biasa saja paling motong kambing,” ujarnya.

Ditanya kondisinya setelah “kutil-kutil” lenyap dari tubuhnya, lelaki yang berta tubuhnya naik setelah perawatan ini mengaku lebih “enteng” saat berjalan dan beraktivitas. Ia mengaku bisa melakukan kembali kegiatan-kegiatan yang sebelumnya sulit dilakukan. Ia pun mencontohkan dengan menulis di secarik kertas dengan tangannya. Di kertas tersebut, Dede menuliskan kata-kata terima kasih untuk Ibu Any Yudhoyono, Menkes serta Dirut RSHS.

Saat seorang wartawan bertanya apakah Dede akan menikah lagi? Lelaki yang berniat ingin bertani ini hanya tersenyum dan menggeleng. “Ngga, saya ngga akan nikah lagi,” ujarnya sambil menundukan wajah.

Sementara itu, menurut Ketua Tim Penanganan Dede, dr Rachmat Dinata, secara medis kondisi Dede sudah jauh membaik. Penyakit TBC nya juga sudah sembuh, dan berat tubuhnya sudah bagus, Dan yang terpenting juga, kutil-kutil yang tumbuh di tubuh Dede sudah 90 persen berhasil dibuang oleh tim dokter.

““Seperti yang pernah kami sampaikan. Dede tidak mungkin 100 persen sembuh. Kami hanya memberikan obat untuk menekan virus yang mengakibatkan pertumbuhan kutil di tubuhnya. Diharapkan obat cidovovir dari Amerika ini bisa menahan virusnya ini,” kata Rachmat, usai mendampingi Dede.

Rachmat mengatakan,  masih tersisa sedikti kutil terutama di bagian tangannya. Namun sisanya ini adalah lapisan tanduk yang memang sudah sulit untuk dilepaskan karena sudah menyatu dengan kulitnya. Meski begitu, dokter  memberikan obat salep salisilat 40 persen untuk membantu menipiskan lapisan kulit yang tebal-tebal tersebut.

Ia juga mengatakan, Dede masih tetap menjalani rawat jalan. Untuk ke depan hanya dijadwalkan satu minggu sekali, tapi setelah itu cukup sebulan sekali. Dan bila tidak ada halangan, Dede juga akan menjalani operasi kecil di tangannya usai lebaran nanti. “Kita akan tetap pantau, dan evaluasi dari rawat jalan ini, Semoga, kondisi Dede tetap sehat dan kutil-kutil ini tidak lagi tumbuh. Karena tentunya Dede ingin menjalani hidupnya sebagaimana orang normal lainnya,” kata dr Rachmat.

Direktur Utama RSHS, dr Cissy Rachiana Sudjana pada kesempatan tersebut juga menyatakan terima kasih atas perhatian Depkes, Dinkes serta bangga dengan hasil operasi tim dokter RSHS. Tak lupa ia juga menyatakan terima kasih untuk media yang juga turut membantu Dede melalui publikasinya.

Disinggung biaya yang dihabiskan untuk pengobatan dan perawatan Dede? Dr Cissy mengatakan, , selama 9 bulan dirawat dan beberapa kali menjalani operasi, sudah dihabiskan dana sebanyak Rp 500 juta lebih. Dari jumlah tersebut, Rp 340 juta dihabiskan untuk membeli peralatan yang membantu dalam proses operasi atau pengangkatan kutil Dede. “Meski cukup besar untuk peralatan, tapi kan alat ini bisa menjadi investasi dan berguna untuk kepentingan operasi lainnya,” kata Cissy

Terkait kabar bahwa biaya sebesar Rp 500 juta tersebut belum sepeser pun dicairkan oleh Departemen Kesehatan RI, Cissy menanggapi bahwa biaya bukannya belum turun, tapi sedang dalam proses. “Biaya ini memang ditanggung, tapi bukan berarti belum turun dananya, kan harus direkap dan dilaporkan. Sekarang sedang proses,” tandasnya. (TRIBUN JABAR/tif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com