Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Supriyadi, Bisa Mengilang tapi Tak Bisa Pulang

Kompas.com - 15/08/2008, 08:34 WIB

Kisahnya juga memiliki banyak versi. Mulai dari Supriyadi moksa atau menghilangkan diri di Gunung Kelud atau Gunung Kawi. Ada juga yang percaya Supriyadi masih hidup dan tinggal di kawasan pegunungan Blitar atau Malang Selatan. Justru kisah detail soal pemberontakan itu malah tenggelam dan tidak menarik jadi bahan obrolan ringan.

Bagi warga Blitar dari generasi yang lebih muda, kisah moksa Supriyadi itu malah jadi bahan guyonan. “Supriyadi itu bisa menghilang, tapi tak bisa kembali,” kata mereka. Namun, untuk generasi sepuh, cerita ihwal daya linuwih atau kelebihan Supriyadi tetaplah memesona. Bahkan, ada yang percaya Supriyadi akan muncul lagi ketika situasi zaman sudah kelewat gawat. Ya, Supriyadi adalah Ratu Adil, mimpi khas mesianistik purba yang terdapat dalam hampir semua bangsa.

Tapi bagaimanapun, Supriyadi adalah tokoh nyata, anak bangsa yang coba melawan penindasan Jepang meski akhirnya gagal. Sebagaimana Soekarno yang juga dari Blitar, jejak-jejak Supriyadi masih bisa diziarahi hingga kini. Mulai dari asrama pasukannya yang kini jadi gedung sekolah hingga lokasi rumah guru spiritualnya, Mbah Bendo. Ada pula Wisma Darmadi, bekas rumah dinas ayahnya, Raden Darmadi, yang jadi Bupati Blitar selepas Proklamasi Kemerdekaan RI.

Wisma itu tak jauh dari makam Soekarno. Supriyadi dan Soekarno kebetulan sama-sama punya keterkaitan dengan Blitar dan berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan. Perbedaannya, Soekarno bisa berkolaborasi dengan Jepang, sedangkan Supriyadi melawan.

Soekarno dalam buku biografinya karya Cindy Adams mengaku tahu rencana Supriyadi memberontak di Blitar, bersama tokoh PETA Blitar lainnya, seperti sudancho dr Ismangil, sudancho Soeparjono, sudancho Moeradi, budancho (komandan kompi) Soedarmo, budancho Halir Mangkoedidjaja, dan budancho Soenanto. "Bagi orang Jepang, pemberontakan PETA merupakan peristiwa yang tidak diduga sama sekali. Akan tetapi bagi Soekarno tidak. "Aku telah mengetahui sebelumnya. Ingatlah bahwa rumahku di Blitar. Orangtuaku di Blitar", kata Soekarno seperti tertulis dalam biografinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com