Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Supriyadi, Bisa Mengilang tapi Tak Bisa Pulang

Kompas.com - 15/08/2008, 08:34 WIB

Oleh Wartawan Surya: Yuli Ahmada

PENGAKUAN warga Semarang, Andaryoko Wisnu Prabu (88), bahwa dirinya adalah Supriyadi, pahlawan nasional yang dinyatakan hilang seusai melawan Jepang pada 1945, menimbulkan pro-kontra. Di tengah polemik itu, misteri Supriyadi selama ini justru telah menjadikannya sebagai mitos. Setidaknya bagi warga Blitar.

“Apakah kira-kira Supriyadi memang punya ngelmu (kesaktian)?”

Pertanyaan iseng itu saya ajukan kepada Ki Utomo Darmadi, adik tiri pahlawan nasional Supriyadi yang bermukim di Jakarta setahun lalu.

Utomo, anak Raden Darmadi (Bupati Blitar di zaman kemerdekaan), lantas tersenyum. Dia kemudian menyebut nama Pangeran Diponegoro. Katanya, Diponegoro itu tentu punya ngelmu. “Tapi nyatanya dia bisa ditangkap Belanda,” kata Utomo.

Saya memahami maksud Utomo. Ia mungkin seorang yang percaya urusan magis. Tetapi dalam hal kematian Supriyadi, Utomo yakin kakaknya sudah dibantai tentara Jepang. Keyakinannya konsisten sampai sekarang.

Utomo, yang kini berusia 78 tahun, punya kisah lain waktu ikut rangkaian pertempuran 10 November 1945. Itu berarti sembilan bulan setelah pemberontakan gagal sudancho (sebutan komandan peleton) Supriyadi di Blitar, 14 Februari 1945.

Sebagai pemuda belasan tahun, Utomo bersama pasukannya terdesak sampai Porong, Sidoarjo. Namun, ketika pasukan NICA dan Belanda merangsek ke selatan, kawan-kawannya mendorongnya supaya bertempur di garda depan.

“Kamu di depan, kan adik Supriyadi, bisa menghilang,” cerita Utomo. “Menghilang apanya? Wong saya malah ngompol kok,” katanya mengenang sambil tertawa.

Cerita Supriyadi bisa menghilang memang mengakar. Apalagi di Blitar, tempat para anggota Pembela Tanah Air (PETA) pertama kali membangkang Jepang dengan pimpinan Supriyadi. Cerita soal Supriyadi itu bisa muncul dalam obrolan warga Blitar dari tahun ke tahun, seperti dongeng.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com