Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Perempuan Jadi Korban Dukun Cabul

Kompas.com - 07/08/2008, 14:43 WIB

PEKANBARU, KAMIS - Tujuh orang yang masih memiliki hubungan keluarga menjadi korban pencabulan guru tarikat yang dipercaya sebagai 'orang pintar'. Dukun cabul itu akhirnya dicokok polisi di sebuah hotel melati.

WAJAH wanita muda yang merupakan alumni sebuah Akademi Kebidanan (Akbid) di Pekanbaru itu terlihat kusut saat ditemui di ruang pemeriksaan Polsekta Bukitraya, Pekanbaru, Rabu (6/8). Dia datang melapor dengan didampingi orangtua dan sejumlah saudara yang juga jadi korban pencabulan Khalifah Wahidin.

Wanita berusia 23 tahun berinisial RN itu menuturkan, satu hari ia pergi berobat ke rumah Khalifah di Jalan Paus, Pekanbaru. Usai mendengar keluhan 'pasiennya', Khalifah mengatakan penyakit RN sangat parah. Dengan meminta izin orangtua RN, Khalifah menyarankan agar si pasien menginap di rumah sang dukun.

"Saya menolak, tapi bapak itu tetap memaksa untuk tinggal di rumahnya dengan alasan biar mudah dikontrol," kata RN yang bercerita kepada wartawan dengan menundukkan kepalanya.

Sehari sampai beberapa hari menginap di rumah itu, perilaku Khalifah masih sopan. Sampai satu hari, ketika Khalifah menyuruh RN membuka seluruh pakaiannya dengan alasan menyerahkan diri untuk pengobatan. RN menolak, tapi kemudian entah kenapa melunak dan mengikuti keinginan dukun palsu tersebut.

"Saya sebelum diterapi disuruh menatap kedua matanya. Lalu dia mengatakan, 'apakah RN cinta sama bapak', lalu 'apakah RN tidak sayang dengan bapak'. Di saat itulah saya terlarut, hingga melakukan hubungan terlarang dengannya. Sebenarnya saya ingin memberontak, tapi tak kuasa seolah-olah diri ini dikuncinya," tutur RN.

Dari penuturan korban, saat melakukan praktiknya Khalifah selalu menggunakan sarung dan peci haji. Kain sorban selalu disampirkan di pundaknya, begitu juga tasbih yang seakan lengket di tangannya. Anehnya, Khalifah melakukan praktek pengobatan di larut malam, mulai pukul 23.00 WIB. "Tapi apa yang dilakukannya memang bejat," kata RN geram.

"Sudah 7 orang korban pencabulan yang dilakukan oleh Khalifah itu. Mereka semua saudara saya, mulai adik, ipar, sampai istri saya sendiri," kata Ahmad Rasyidi, abang RN, saat dijumpai di Mapolsekta Bukitraya. Dia lalu menyebut inisial para korban, masing-masing RN, NNG, WWK, DMI, NT, DW dan YT.

Ahmad Rasyidi mengatakan, pelaku seorang guru salah satu aliran tarikat itu dikenal sebagai orang pintar mengobati segala macam penyakit. Keluarga Ahmad dikenalkan dengan Khalifah oleh salah seorang teman ayahnya.

"Kami percaya saja. Saya lalu membawa istri berobat ke tempat prakteknya di Jalan Paus Pekanbaru. Saya pula yang membawa saudara-saudara saya yang lain serta sejumlah teman berobat ke sana," ucapnya.

Skandal Khalifah terungkap ketika seorang pasien, NNG, mengadu pada suaminya. Dodi, sang suami, sangat geram. Dodi yang sebenarnya anggota jemaah tarikat yang dipimpin Khalifah segera meninggalkan surau pengajiannya di Kubang.

"Istri saya disuruh membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. Tidak itu saja, Khalifah menyuruh istri saya berpose sekehendak hatinya," ucap Dodi, warga Sukajadi, Pekanbaru.

Kemarahan juga terlihat di wajah Fery. Istrinya yang lagi hamil diperlakukan tidak senonoh oleh pelaku. Padahal sebelum berobat ia disuruh membayar mahar hingga Rp 5 juta dan itu disanggupinya.

"Memang kita tidak diperbolehkan masuk ke ruang praktiknya. Di sana hanya ada Khalifah dengan pasiennya. Tapi karena kita ingin istri sehat, ya awalnya kita tak curiga. Eh, tak tahunya dilakukan seperti itu," kata dia dengan nada dongkol.

Tidak lama setelah para korban melapor, tim buser Polsekta Bukitraya memburu pelaku. Khalifah yang memiliki jemaah lebih kurang 50 orang tersebut akhirnya ditangkap di sebuah hotel melati di Pekanbaru. Tanpa ada perlawanan, tersangka digiring ke Mapolsekta Bukitraya.

"Kita masih memeriksa tersangka. Tersangka bisa dikenai pasal berlapis, yakni pasal 294 ayat 2 dan pasal 378 dengan ancaman hukuman penjara 7 tahun," kata Kapolsekta Bukitraya AKP Mariyono. (Faisal/Tribun Pekanbaru)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com