Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Lamalera Mulai Langka

Kompas.com - 17/05/2008, 18:13 WIB

Laporan Wartawan Pos Kupang, Eugenius Moa
 
LEWOLEBA -
Proses reproduksi paus berlangsung lambat sampai mamalia laut itu berusia dewasa 20 tahun berdampak terhadap menurunnya perolehan jumlah perburuan oleh nelayan Lamalare, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata-NTT.

Data yang tercatat secara tidak berurutan tahun perburuannya sejak tahun 1957 menyebutkan hasil buruan paus selama 22 tahun menghasilkan 475 ekor paus. Demikian diungkapkan Kepala Sub Dinas Produksi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lembata, Agustinus D. Kedang, S.Pi, dalam Lokakarya Pendahuluan Pengintaian Paus dan Lumba-lumba Berbasis Masyarakat, Rabu (14/5/2008). Kegiatan diprakarsai Yayasan Bina Sejahtera (YBS), pimpinan Kolonel (Purn) TNI Markus Sidhu Batafor dibuka Wakil Bupati Lembata, Drs. Andreas Nula Liliweri.

Perburuan ikan paus oleh masyarakat Lamalera diperkirakan dimulai pada 1600-an, ketika mereka berada di Doni Nusalela dalam perjalanan mengungsi dari Pulau Lapan dan Batan.Dahulu, paus yang berhasil diburu diumumkan di gereja, tetapi kebiasaan tersebut tak dilakukan lagi. Agus menjelaskan, data hasil perburuan paus yang tercatat tidak berurutan mulai tahun 1957-2007.

Hasil paus terbanyak dalam tempo 22 tahun terjadi pada 1969 yakni 56 ekor dan tahun 2007 sebanyak 48 ekor. Perolehan paling sedikit pada 1983, yakni dua ekor, dan selama dua tahun pada 2004-2005 tak terekam jumlah perolehannya.

Menurut Agus, sukses nelayan Lamalera memburu paus di musim lefa (Mei-Agustus) dan musim baleo (September-April) ,membangggakan juga merisaukan. Sebab, proses reproduksi paus yang berlangsung lambat menunggu sampai paus berusia dewasa 20 tahun dan bisa melahirkan bayi, tak sebanding dengan populasi paus yang mati diburu.

Ia menjelaskan, paus, bukan jenis ikan dalam pengertian biologis, tetapi mamalia (menyusui) yang tergolong dalam ordo cetacean, bernafas dengan paru-paru, memiliki sirip dada sebagai alat keseimbangan pada saat berenang dan sirip ekor sebagai alat berenang. Oleh karena bernafas menggunakan paru-paru, setelah menyelam selama sekitar 90 menit pada kedalaman 1.000 mter, paus akan kembali permukaan air laut untuk menarik nafas. Nafas hangat dihembuskan paus mengalami pengembunan di udara dingin sehingga nampak seperti air mancur.

Dikatakannya, paus berimigrasi dan melewati perairan Lamalera setiap musim. Menurut penelitian terdapat 24 jenis paus di Perairan Indonesia. Lima jenis diantarnya digolongkan paus tidak bergigi (mysticati) dan selebihnya jenis bergigi (odontoceti) .

Jenis paus lodan atau koteklema (physeter catodon) merupakan paus bergigi yang banyak dijumpai di Laut Flores, Sawu dan Banda. Daerah penyebaran paus meliputi Samudera Hindia, Samudera Pasifik sampai perairan Kutub Utara (Benua Antartika).
Perkiraan jalur migrasi koteklema (sperm whale) dari Samudera Pasifik melewati Laut Banda, Laut Flores masuk Laut Sawu melalui perairan Pulau Alor dan ke Samudera Hindia di Selatan Sumba dan sebaliknya.

Rute ini merupakan jalur tetap dan vital, selian arusnya bagus juga pada saat tertentu terdapat banyak makanan paus yakni cumi-cumi yang hidup di kawasan laut dalam. Migrasi ini juga bertujuan mencari perairan yang hangat bagi paus untuk melahirkan.

Paus yang baru dilahirkan, kata Agus, selalu dekat dengan berlindung pada induknya, meski harus bermigrasi ribuan mil laut. Paus biru (blue whale) bertumbuh cepat. Saat lahir beratnya tiga ton dan akan mencapai 32 ton setelah tujuh bulan. "Setiap induk paus hanya melahirkan seekor bayi paus membutuhkan makanan dan susu yang sangat untuk bayinya. Karena itu paus akan migrasi setiap musim mencari peraiaran yang kaya makanan. Laut Sawu, salah satu jalur migrasi paus cari makanan," kata Agus.

Ia menambahkan, koteklema dapat mengasuh anaknya hingga usia 15 bulan, baru mulai berkembangbiak setelah usia 20 tahun dan dapat hidup hingga usia 77 tahun. Lamanya jangka waktu hidup dan lambatanya dewasa seksual menyebabkan perkembangbiakan paus sangat lambat. (**)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com