Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alkohol Cap Tikus untuk Pengganti BBM?

Kompas.com - 11/05/2008, 17:55 WIB

MANADO, MINGGU- Sejumlah petani di Kecamatan Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, menawarkan kepada pemerintah untuk mengelola alkohol cap tikus (turunan nira) milik petani untuk dikelola menjadi pengganti bahan bakar minyak.

"Alkohol cap tikus juga memiliki sumber energi nabati yang bisa dimanfaatkan pada semua kendaraan bermotor, sehingga bisa dioptimalkan saat pemerintah menaikkan harga BBM," kata Royke Paat, salah satu petani Cap tikus, Minggu (11/5), di Manado.

Program pemanfaatan dan penyulingan cap tikus ke bahan bakar nabati atau biofuel, pernah diperagakan sejumlah warga di Motoling, serta disaksikan langsung sejumlah peneliti dari Kementrian Riset dan teknologi (Ristek) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Petani tidak bisa melanjutkan peragaan penyulingan bahan bakar nabati tersebut ke tingkat nasional, akibat minimnya anggaran serta teknologi dalam membantu kegiatannya.

Tawaran petani itu dilakukan setelah melihat rencana kenaikkan harga BBM sudah meresahkan warga. Apalagi pemerintah semakin "hilang akal" dengan mengantisipasi  dampak dari kenaikkan harga minyak mentah dunia, sehingga berdampak pada posisi keuangan negara.

"Jika pemerintah berminat mengelola hasil cap tikus milik petani menjadi bahan bakar biofuel, (itu) bisa memberikan efek positif juga bagi kegiatan ekonomi warga, " katanya.

Peneliti dari Univeversitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Hanny Sangian mengatakan, jika etanol nira (enau) menggantikan seluruh BBM kendaraan bermotor,  maka setiap satu pohon enau unggul yang dikelola baik menghasilkan air nira 20-30 liter per hari. Dalam 20 liter nira terkandung satu liter etanol murni. 

Konsumsi  BBM sebanyak 200 juta liter per hari, setara dengan 200 juta pohon enau, sehingga diperlukan dua  juta hektar lahan enau untuk dikelola secara baik, sementara Provinsi Sulut memiliki potensi tanaman tersebut melalui budidaya secara tersistematis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com