Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Miskin, Warga Haiti Pilih Makan Tanah

Kompas.com - 30/01/2008, 08:43 WIB

PORT-AU-PRINCE, SELASA - Di perkampungan sekumuh apa pun di Indonesia, warganya masih berupaya mendapatkan sepiring nasi untuk makan siang.

Namun di Haiti, kemiskinan sudah tidak bisa dilukiskan lagi. Di Cite Soleil, kawasan terkumuh Port-au-Prince, ibukota Haiti, sebutir nasi pun tidak bisa lagi didapatkan. Lalu apa yang mereka gunakan untuk mengganjal perut lapar? Kue tanah kering.

Charlene, remaja 16 tahun tidak punya pilihan lain untuk mengusir lapar bayinya yang baru berumur sebulan. Satu-satunya pilihan hanya lumpur berwarna kuning khas dataran tinggi Haiti.

Sebenarnya lumpur itu sudah dikenal lama di Haiti sebagai obat nyeri lambung dan sumber kalsium bagi ibu hamil dan anak-anak. Namun bagi warga di kawasan semacam Cite Soleil, tempat Charlene berbagi rumah dua kamar dengan bayi, lima saudara kandung dan dua orangtua pengangguran, kue yang terbuat dari lumpur dicampur garam dan sayuran itu menjadi makanan pokok harian.
 
"Ketika ibu saya tidak memasak apa pun, saya harus memakannya tiga kali sehari," kata Charlene. Bayi yang diberi nama Woodson, terbaring diam di pangkuannya. Bayi itu terlihat lebih kurus ketimbang waktu dilahirkan, yaitu 3 kg.

Meski menyukai kue yang berasa asin itu, Charlene mengaku sakit perut ketika harus tiap hari menyantap kue itu. "Ketika saya menyusui pun, bayi ini kadang-kadang tampak mulas juga," tuturnya.

Harga pangan di seluruh dunia terus naik beriringan dengan harga minyak, kebutuhan pupuk, irigasi dan transportasi. Harga bahan pokok seperti jagung dan gandum juga meningkat tajam. Meningkatnya kebutuhan global akan bioenergi juga turut punya andil dalam mendongkrak harga makanan.

Problem ini terlihat semakin mengerikan di Karibia, karena ketersediaan makanan di kawasan itu sangat tergantung dari impor. Inilah yang mendorong kenaikan 40 persen harga makanan di sejumlah tempat.

Tahun 2007, Badan Makanan dan Pertanian PBB menyatakan keadaan darurat di Haiti dan beberapa negara Karibia lain, setelah kawasan itu terlanda badai dan gagal panen. Para pemimpin Karibia pun menggelar pertemuan puncak darurat Desember lalu untuk membicarakan kemungkinan pemotongan pajak makanan dan menciptakan pertanian regional demi mengurangi ketergantungan pada impor.

Di pasar kawasan kumuh La Saline, dua cangkir beras sekarang dijual seharga 60 sen, naik 10 sen dari harga Desember dan 50 sen dari harga setahun lalu. Kacang, susu kental dan buah setali tiga uang. Yang lebih parah, harga tanah yang bisa dimakan pun ikut-ikutan naik hingga hampir 1,5 dolar. Lumpur dengan takaran untuk 100 keping kue dijual 5 dolar.

Dengan harga 5 sen sekeping, kue lumpur kuning itu masih lebih murah dengan ukuran apa pun dibanding bahan pokok lain. Bagaimana tidak, 80 persen penduduk Haiti berpendapatan kurang dari 2 dolar per hari. Kekayaan hanya dikuasai segelintir warga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com