Laporan wartawan Kompas Sri Rejeki
KARANGANYAR, SENIN- Sekitar pukul 10.25, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama rombongan tibda di Astana Giribangun. Dijadwalkan, Presiden akan menjadi inspektur upacara menjelang upacara pemakaman mantan Presiden Soeharto.
Satu setengah jam sebelumnya, Wakil Presiden bersama rombongan juga tiba di Astana Giribangun dan saat ini sudah berada di kompleks pemakaman.
Sementara itu, sejumlah menteri dan mantan menteri juga sudah tiba di Astana Giribangun. Sebagian di antaranya harus berjalan kaki menyusuri tangga sepanjang 500-an meter, sehingga terlihat kepayahan. Ini terjadi karena mereka tidak bisa parkir di tempat parkir A yang dekat kompleks Astana Giribangun.
Di antara mereka yang lewat tangga di jalur alternatif itu adalah mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas, mantan Kepala BKKBN Haryono Suyono, mantan Ketua DPR Akbar Tanjung, Menteri Ristek Kusmayanto Kadiman, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Juga terlihat Juru Bicara Kepresidenan Andi Alfian Malarangeng maupun Dino Patijalal.
Sementara itu, masyarakat dan pelayat saat ini masih menunggu jenazah almarhum HM Soeharto yang sedang dalam perjalanan dari Bandara Adi Sumarmo Solo. Kompleks Astana Giribangun sendiri sudah ditutup untuk masyarakat umum sejak pukul 06.00 tadi. Masyarakat yang akan mengantar kepergian mantan Presiden Soeharto harus puas berdiri sepanjang jalan sampai tiga kilometer menjelang Giribangun.
Meski demikian, ada juga warga sekitar Solo yang bisa mencapai kompleks Astana Giribangun melalui berbagai jalur alternatif. Di antara mereka ada yang sengaja datang sebelum pukul 06.00.
Salah satu warga biasa yang saat ini berada di Giribangun adalah Fatimah (43) yang sengaja terbang dari Ambon, Maluku, khusus untuk melepas kepergian tokoh yang sangat dia kagumi.
Kepada Kompas, Fatimah mengaku sudah lama memesan tiket untuk terbang ke Jakarta jika Soeharto meninggal. Mingu sore, sekitar pukul 16.00 WIT (14.00 WIB), dia terbang ke Jakarta dan langsung ke Solo. Senin dini hari tadi ia sampai di Astana Giribangun.
Fatimah mengaku sangat mengagumi Soeharto dan punya kedekatan emosional. Ketika akan ke Papua untuk membebaskan Irian Barat, katanya, Pak Harto berangkat dari Ambon. Saat di Ambon, Pak Harto berinteraksi sangat baik dengan masyarakat. Kenangan tak terlupakan, sehingga ia bertekat akan melayat kalau Pak Harto meninggal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.