Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiji Raib Setelah Pertemuan di Tangerang

Kompas.com - 19/01/2008, 15:43 WIB

Pascareformasi, Narso sempat hijrah ke Jakarta, dan sebagai duda menikah dengan Ciptaning yang kala itu janda, yang kini anggota FPDIP DPR RI. Namun setelah dikarunai dua anak, pernikahan mereka berakhir, dan pria kelahiran Solo tersebut pun kembali ke kota
kelahirannya.
***
Tatkala diuber-uber aparat keamanan, sekitar tahun 1997-1998, Narso beberapa kali bertemu saya di Solo. Pertemuan kami selalu terjadi pada malam hari, dan dia senantiasa bersama beberapa temannya sesama aktivis gerakan.

"Waktu itu kan nggak ada tempat yang aman buat kami. Saya selalu berpindah-pindah tempat ngumpet sambil menahan rasa takut dan khawatir ditangkap atau diculik antek-antek Soeharto,” jelas Narso.

Sampai kini, Narso masih getol menghujat Soeharto, yang menurutnya telah membangun sistem tak demokratis dan sangat represif, alias sistem diktator militerisme.  Menurutnya, meski Soeharto tak lagi berkuasa namun sisa-sisa kekuatan dan kekuasaan mantan presiden itu masih ada.

“Sisa Orba dan kroni-kroni Soeharto masih banyak. Mereka, sebagaimana halnya Soeharto sendiri, harus dimintai pertanggungjawaban. Masak sekarang beredar wacana Soeharto sebaiknya dimaafkan. Lha wong proses peradilannya belum jalan kok sudah mau dimaafkan,” gugatnya.

Karena itulah, Selasa (15/1) siang lalu, ia ikut memotori aksi unjuk rasa di Kantor Kejaksaan Negeri Solo. Dia dan kawan-kawan menuntut pihak kejaksaan meneruskan pernyataan sikap para pengunjuk rasa ke Kejaksaan Agung dan ke Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Jakarta.

Intinya, Narso dan kawan-kawan yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat untuk Kesejahteraan Rakyat (Amuk Rakyat) mendesak Kejaksaan Agung mencabut Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Perkara (SKP3) Soeharto. Juga, diadili secara in absentia (tanpa
kehadiran Soeharto di pengadilan).

“Selama ini kan lucu dan ironis. Soeharto belum pernah sampai ke pengadilan tapi malah muncul SKP3,” tegas Narso.

Dia yakin bahwa Wiji Thukul pasti juga sependapat dengan dirinya dalam menyikapi Soeharto, andai Thukul tak hilang. “Saya sangat kenal Thukul. Dia menjadi salah satu bagian pembentuk karakter saya. Dia menginspirasi saya,” kenang Narso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com