JEO - News

Jokowi-Ma'ruf
Vs
Prabowo-Sandiaga, Siapa Lebih Berpeluang
di Jawa Timur?

Jumat, 12 April 2019 | 06:05 WIB

Baik kubu Jokowi-Ma'ruf Amin maupun Prabowo-Sandiaga Uno mengklaim punya "amunisi" untuk meraih suara di Jawa Timur. Apa sajakah itu?

 

JAWA TIMUR masih menjadi lumbung suara bagi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin, seperti halnya Jawa Tengah.

Namun, penantangnya, pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, juga jelas tak bakal tinggal diam demi menyalip ketertinggalan di wilayah dengan 30 juta lebih pemilik hak suara dalam daftar pemilih tetap (DPT) ini.

Selisih keunggulan antara Jokowi dan Prabowo di Jawa Timur menyempit.

Indikatornya, selisih keunggulan antara Jokowi dan Prabowo di Jawa Timur menyempit, setidaknya berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang digelar pada akhir Februari hingga awal Maret 2019 dibandingkan survei sebelumnya pada Oktober 2018.

Selisih elektabilitas di Jawa Timur yang semula 62,8 persen untuk keunggulan Jokowi-Ma'ruf dalam survei pada Oktober 2018 , terpantau menyempit menjadi 43,2 persen dalam survei pada awal Maret 2019. Elektabilitas pasangan Jokowi-Amin 57,1 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 27,8 persen.

Masing-masing kubu menggunakan beragam strategi untuk unggul di Jawa Timur. Kubu Jokowi selaku “tuan rumah” tentu terus berupaya meningkatkan elektabilitasnya. Target Jokowi-Ma’ruf di atas 60 persen meraih suara di Jatim. Sementara, kubu penantang juga yakin mampu menyalip keunggulan Jokowi-Ma’ruf di wilayah ini.

Capres urut 1 Joko Widodo dan nomor urut 2 Prabowo Subianto berjalan bersama pada Deklarasi Kampanye Damai dan Berintegritas di Kawasan Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Deklarasi tersebut bertujuan untuk memerangi hoaks, ujaran kebencian dan politisasi SARA agar terciptanya suasana damai selama penyelenggaraan Pilpres 2019.
MAULANA MAHARDHIKA
Capres urut 1 Joko Widodo dan nomor urut 2 Prabowo Subianto berjalan bersama pada Deklarasi Kampanye Damai dan Berintegritas di Kawasan Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Deklarasi tersebut bertujuan untuk memerangi hoaks, ujaran kebencian dan politisasi SARA agar terciptanya suasana damai selama penyelenggaraan Pilpres 2019.

Kubu Jokowi-Ma'ruf berkeyakinan bakal diuntungkan posisi Jawa Timur sebagai basis Nahdliyin, dengan tambahan faktor Ma'ruf sebagai calon wakil presiden. Selain itu, ada juga sederet kepala daerah dari partai koalisi yang diyakini akan turut mendulang suara bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf.

Adapun kubu Prabowo-Sandiaga bersandar pada harapan kekuatan akar rumput Nahdliyin, selain tren kenaikan dukungan di Jawa Timur. Perubahan peta dukungan berdasarkan wilayah kebudayaan—Mataraman, Arek, dan Tapal Kuda—pun diharapkan terjadi.

Seperti apa jabaran keyakinan masing-masing kubu itu? Akankah 15 persen pemilih yang belum menentukan pilihan berdampak pada sejumlah hasil survei di wilayah ini? Apakah juga akan ada perpindahan dukungan dalam hitungan hari menuju hari pemungutan suara Pemilu 2019? Ini jabarannya.

"POWER"
KEPALA DAERAH

ADA 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, mayoritas kepala daerahnya berasal dari partai politik koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf.

Sekretaris Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf Amin Jawa Timur, Aminurakhman, yakin, power kepala daerah ini menguntungkan pasangan calon nomor urut 01.

Kepala daerah yang berasal dari parpol koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin, secara langsung atau tidak, tetap mempunyai pengaruh terhadap pemilih.

Kepala daerah yang berasal dari parpol koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin, kata dia, secara langsung atau tidak, tetap mempunyai pengaruh terhadap pemilih.

Sebab, kepala daerah merupakan bagian dari simbol tokoh dan politik di masing-masing kabupaten/kota. Bagaimana pun mereka juga terpilih lewat mekanisme pemilihan langsung pula.

Selain itu, ujar Aminurakhman, kekuatan dari massa calon legislatif yang berasal dari parpol koalisi membuktikan bahwa partai koalisi tetap bekerja untuk Jokowi-Ma’ruf Amin.

”Saya punya keyakinan Pak Jokowi punya peluang menang di Jawa Timur,” kata Aminurakhman, kepada Kompas.com, Sabtu (6/4/2019).

Tak heran, TKD Jawa Timur menargetkan suara untuk Jokowi-Ma’ruf Amin bisa di atas 60 persen.

”Jadi, basisnya PDI-P dan partai koalisi itu luas sekali. (Kepala daerah) mulai dari timur Banyuwangi PDI-P, geser ke barat Bondowoso itu PPP, di Jember Nasdem, Lumajang PKB, Probolinggo Nasdem, Kota Probolinggo PKB, Pasuruan PKB, Kota Pasuruan Golkar,” ujar dia.

KLAIM DUKUNGAN
ULAMA NU

ORGANISASI Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki basis massa sangat besar di Indonesia, khususnya Jawa Timur, telah memberikan dukungannya suaranya untuk Jokowi-Ma’ruf Amin.

Wakil Sekretaris TKD Jokowi-Ma’ruf Amin Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno, mengatakan, ulama besar dari NU telah memerintahkan semua alumnus, santri, dan keluarga besar masing-masing untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

Sebab, Jokowi pun menggandeng ulama, yakni Ma’ruf Amin, yang diyakini memiliki pengaruh kuat di NU.

Untari yang juga Sekretaris DPD PDI-P Jawa Timur ini mengklaim, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin sejauh ini sudah unggul di tiga wilayah kebudayaan di Jawa Timur, yakni Mataraman, Arek, dan Tapal Kuda.

Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo berkunjung ke kediaman pendampingnya, Maruf Amin, Jumat (28/12/2018) siang.
KOMPAS.com/IHSANUDDIN
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo berkunjung ke kediaman pendampingnya, Maruf Amin, Jumat (28/12/2018) siang.

Namun, Untari mengakui pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin masih ketinggalan dukungan di Madura, meski empat kepala kabupaten di Pulau Garam itu merupakan kader dari partai koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin.

Pada Pilpres 2014 lalu di Madura, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla kalah dalam hal perolehan suara dengan rivalnya saat itu, Prabowo-Hatta Rajasa.

”Tetapi (selisihnya) sudah lebih baik daripada (Pilpres) 2014. Kami sudah merangkak naik di Madura. Kami tetap punya keyakinan bisa menang di Jatim. Karena, kekuatan nasionalis dan kekuatan ulama sudah bersatu-padu mendukung Pak Jokowi,” kata Ketua Fraksi PDI-P DPRD Provinsi Jatim ini.

PENGARUH MA'RUF

PENGAMAT politik yang juga Ketua Program Studi Magister Ilmu Sosial Universitas Brawijaya (UB), Wawan Sobari, memperkirakan, tingkat keterpilihan Jokowi-Ma'ruf di Jawa Timur cenderung naik dibandingkan pada Pilpres 2014.

Pada Pilpres 2014, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih 53,17 persen suara di Jawa Timur. Adapun Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa memperoleh 46,38 persen. Tipis. 

Kondisi itu diperkirakan bakal berbeda dengan gelaran Pilpres 2019. Setidaknya, data survei Litbang Kompas pada 22 Februari-5 Maret 2019 menakar elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di Jawa Timur mencapai 57,1 persen dan Prabowo-Sandi 27,8 persen.

Cawapres nomor urut 01 Maruf Amin menyampaikan pidato kebangsaan dalam kegiatan Muslimah Bersatu Untuk Indonesia di Istora Senayan, kompleks GBK, Jakarta, Minggu (24/2/2019). Dalam acara yang diadakan Arus Baru Muslimah tersebut dideklarasikan dukungan untuk pasangan Capres-Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin dalam Pemilu 2019.
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Cawapres nomor urut 01 Maruf Amin menyampaikan pidato kebangsaan dalam kegiatan Muslimah Bersatu Untuk Indonesia di Istora Senayan, kompleks GBK, Jakarta, Minggu (24/2/2019). Dalam acara yang diadakan Arus Baru Muslimah tersebut dideklarasikan dukungan untuk pasangan Capres-Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin dalam Pemilu 2019.

Jawa Timur sebagai basis NU diyakini sebagai faktor yang menyumbang peningkatan elektabilitas untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf. Ini terkait sosok Ma'ruf yang lekat dengan NU, berbeda dengan Jusuf Kalla yang menjadi pasangan Jokowi pada 2014. 

Wawan juga berpendapat, keunggulan Jokowi-Ma'ruf di Jawa Timur sulit dikejar Prabowo-Sandi. Menurut dia, polarisasi dukungan yang terjadi di Jawa Barat dan DKI Jakarta kepada Prabowo-Sandi sulit masuk ke Jawa Timur.

Ini karena, kata dia, Jawa Timur merupakan basis NU sementara di belakang Prabowo-Sandi ada PKS dan PAN yang dinilai berbeda aliran dengan NU. Namun, Wawan mengakui, kasusnya sedikit berbeda lagi untuk Madura, sekalipun sama-sama wilayah Jawa Timur.

"(Di Madura), ada peran elite lokal selain kiai yang berpengaruh cukup besar pada pemilih," kata Wawan.

Selain kiai, elite lokal yang juga punya pengaruh besar di Madura adalah klebun, sebutan setempat untuk kepala desa. Kondisi itulah, ujar Wawan, yang membuat Madura sulit "dikuasai" oleh Jokowi-Ma'ruf dan menjadi lumbung suara bagi Prabowo-Sandi di Jawa Timur.

BENTENG
PRABOWO-SANDIAGA
DI MADURA

MESKI sejauh ini unggul berdasarkan survei di Jawa Timur, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin berpotensi terganjal di Madura.

Sebab, salah satu pulau di Provinsi Jawa Timur itu merupakan benteng dari pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Kalau wilayah Madura kami optimistis bisa menang besar," kata Ketua Harian Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Prabowo-Sandi Jawa Timur, Anwar Sadad, Senin (8/4/2019).

Alasannya, sebut dia, faktor karakter masyarakat Madura yang agamis didukung kelompok ulama yang solid.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto  (kiri) didampingi Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ( kanan) berpegangan tangan bersama seusai memberikan keterangan pers di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018) malam. Prabowo dan Sandiaga Uno resmi maju mencalonkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2019.
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) didampingi Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ( kanan) berpegangan tangan bersama seusai memberikan keterangan pers di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018) malam. Prabowo dan Sandiaga Uno resmi maju mencalonkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2019.

"Masyarakat Madura dan kelompok ulama menganggap politik itu bagian dari keyakinan beragama. Karena itu, berjuang di dunia politik sama halnya memperjuangkan agama," terang Anwar.

Pilihan politik warga Madura, kata dia, tidak akan mudah goyah meski petahana sempat memberikan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan warga Madura, seperti penggratisan biaya Tol Surabaya-Madura (Suramadu).

Sementara itu, Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdusalam, mengatakan, ada faktor sejarah dan faktor psikologis massa di Madura yang bisa dijadikan sebagai alasan tren dukungan kepada paslon nomor urut 02.

Pertama, kata Surokim, masyarakat Madura memiliki fanatisme terhadap urusan pembelaan agama Islam dan cenderung akan memilih yang dekat dengan simbol-simbol ke-Islaman. 

Kedua, pertumbuhan gerakan Islam cukup mapan di beberapa wilayah. Ketiga, sejarah hubungan kiai yang telah terpelihara sejak lama.

Selain itu, tokoh  masyarakat di Madura juga memiliki koneksi mandiri dalam kegiatan politik praktis. 

Meski empat kepala daerah di Madura kini lebih banyak berafiliasi dengan paslon nomor urut 01, dukungan tokoh kultural diyakini masih lebih kuat untuk paslon nomor urut 02.

Meski empat kepala daerah di Madura kini lebih banyak berafiliasi dengan paslon nomor urut 01, dukungan tokoh kultural diyakini masih lebih kuat untuk paslon nomor urut 02.

Mengingat, para kepala daerah itu relatif masih baru, kecuali KH Busyo Karim yang sekarang menjalani periode kedua sebagai Bupati Sumenep.

"Saya pikir itu yang membuat dukungan terhadap paslon 02 relatif kuat di wilayah Madura," ujar Surokim.

Ia berpendapat, sebenarnya yang memiliki pengaruh kuat terhadap pemilih di Madura adalah tokoh agama dan masyarakat lokal setempat. Afiliasi para tokoh ini yang akan menjadi penentu suara pemilih di Madura.

"Di samping itu, elite struktural dengan nasab kiai utama dan yang sudah lama menjabat biasanya juga menjadi patron bagi tokoh masyarakat dan tokoh agama," ujar Surokim.

MILITANSI PENDUKUNG PRABOWO

PADA Pilpres 2014, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa kalah dari Jokowi-JK di Jawa Timur. Prabowo-Hatta kalah di Jawa Timur dengan selisih sekitar 1,4 juta suara. Kekalahan itu, kata Anwar Sadad, banyak terjadi di wilayah Mataraman.

Di Pilpres 2014, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dinyatakan sebagai pemenang dengan perolehan 53,17 persen total suara sah di Jawa Timur. Pasangan ini meraih 11.669.313 suara dari total suara sah 21.946.401, sementara penantangnya Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meraih 10.277.088 suara atau 46,83 persen total suara sah.

Namun, situasi Pilpres 2019 diperkirakan bakal berubah dibanding lima tahun silam. Kubu Prabowo optimistis punya kans menang di Jawa Timur, ditilik dari gencarnya kampanye calon mereka di wilayah Jatim.

"Saat ini, wilayah Mataraman saya yakin bisa menang seiring intensitas kunjungan capres dan cawapres serta kerja para relawan dan BPP," ujar Anwar Sadad. 

Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) memberikan orasi politik saat kampanye terbuka di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (10/4/2019). Kampanye terbuka bertema Prabowo Menyapa tersebut dihadiri partai pendukung, relawan dan tokoh nasional Koalisi Adil Makmur.
ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) memberikan orasi politik saat kampanye terbuka di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (10/4/2019). Kampanye terbuka bertema Prabowo Menyapa tersebut dihadiri partai pendukung, relawan dan tokoh nasional Koalisi Adil Makmur.

Peluang kemenangan Prabowo-Sandi di Jawa Timur, kata Anwar, juga terbuka dengan keyakinan ada dukungan kelompok akar rumput warga Nahdatul Ulama (NU) atau Nahdiyin di Jawa Timur. 

Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jatim ini meyakini, dukungan NU untuk pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin, hanya dari ulama struktural NU. Adapun ulama kultural NU, yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, dia klaim mendukung pasangan calon nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga.

Ulama kultural NU, yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, diklaim mendukung pasangan calon nomor urut 02.

Anwar mengutip pula data hasil survei Litbang Kompas yang menyebut, kontribusi pendukung Ma'ruf Amin untuk kemenangan Jokowi hanya 5,4 persen dari total 49 persen pemilih NU. Artinya, ada sekitar 30 persen lebih pemilih NU yang memilih capres selain Jokowi.

"Saya yakin, justru jamaah NU di akar rumput akan memilih calon selain Jokowi, karena mereka lebih paham memaknai bagaimana NU berpolitik," ujar Anwar Sadad.

Kelompok akar rumput NU menurut dia meyakini prinsip politik NU adalah politik kebangsaan, bukan politik kekuasaan.

"Politik kebangsaan adalah politik yang berorientasi untuk kemaslahatan bangsa, tapi politik kekuasaan hanya memiliki orientasi membela penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya. Saya kira Nahdiyin sangat paham soal prinsip ini," kata dia.

Dukungan pemilih Jawa Timur untuk Prabowo-Sandi, kata Sadad, dipastikan utuh hingga seusai pemungutan suara pada 17 April 2019.

"Saya yakin pemilih (pasangan calon nomor urut) 02 punya militansi yang sangat tinggi, karena itu kami tidak pernah melakukan aksi pengerahan massa setiap kali ada kampanye akbar di semua daerah," sebut dia.

SIAPA YANG UNGGUL
DI JAWA TIMUR?

PENGAMAT politik dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Kota Malang, Frederik Masri Gasa, memprediksi Prabowo dan Sandiaga Uno sulit mengejar keunggulan Jokowi-Ma'ruf Amin di Jawa Timur yang adalah basis NU.

Hasil survei yang menunjukkan selisih elektabilitas yang cukup besar di antara kedua pasangan, diperkirakan sulit untuk diubah. Terlebih lagi, sebut dia, warga Nahdliyin terang-terangan mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Frederik mengatakan, dalam rentang waktu pencoblosan yang tinggal hitungan hari ini akan sulit bagi Prabowo-Sandiaga menyalip Jokowi-Ma'ruf Amin di Jawa Timur.

“Agak berat bagi 02 di Jawa Timur untuk menyalip perolehan 01. Agak susah. Kalah tipis, selisih, mungkin bisa saja," kata dia, kepada Kompas.com, Senin (8/4/2019).

Ada berbagai faktor yang membuat Jawa Timur menjadi lumbung suara bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf.

Selain Jawa Timur sebagai basis NU, ujar Frederik, faktor Partai Demokrat juga berpengaruh besar bagi kekuatan Jokowi-Ma’arif Amin di provinsi ini.

Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (kiri) dan Joko Widodo-Maruf Amin saat acara pengambilan nomor urut di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (21/9/2018)
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (kiri) dan Joko Widodo-Maruf Amin saat acara pengambilan nomor urut di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (21/9/2018)

Keputusan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrat Jawa Timur yang tidak sejalan dengan keputusan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Demokrat soal arah dukungan, dinilai menguntungkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Terlebih lagi, Soekarwo atau Pakde Karwo, mantan gubernur dua periode dan Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur, ikut menyatakan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf.

"Di Jawa Timur, faktor ketokohan masih kuat. Kalau sudah ada figur mendukung, otomatis kekuatannya akan ke sana," kata dia.

Selain itu, dukungan dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah dan Emil Dardak berpengaruh besar terhadap Jokowi-Ma'ruf.

Akan seperti apa perolehan suara dua pasangan calon untuk Pilpres 2019 di Jawa Timur? Kita tunggu bersama....