Salin Artikel

Dijanjikan Kerja di Turki, Dede Asiah Dijual 12.000 Dolar untuk Jadi Budak di Suriah

Menurut pengakuan suami Dede, istrinya kerap mengeluh sakit dan mengalami pendarahan.

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, berkata pemerintah masih mengupayakan pemulangannya melalui jalur diplomasi dengan Kemenlu Suriah.

Pasalnya, menurut hukum yang berlaku di negara itu, status Dede sebagai pekerja migran legal dan sang majikan disebut telah mengeluarkan biaya sekitar Rp 179 juta untuk mendatangkan Dede.

Apa yang terjadi pada Dede Asiah?

Sebuah video berdurasi dua menit berisi pengakuan Dede Asiah viral di media sosial.

Sambil menangis, ia mengaku dijebak untuk bekerja di Suriah. Dari penuturan Dede diketahui bahwa dia awalnya diimingi-imingi bekerja di Turki dengan gaji US$600 atau hampir Rp9 juta perbulan sebagai asisten rumah tangga.

Tapi begitu mendarat di Istanbul, dia malah dibawa ke Suriah oleh perusahaan penyalur.

"Di Suriah saya dijual 12.000 Dollar selama empat tahun tanpa sepengetahuan saya. Saya tahunya dari mana? Saya tahunya dari majikan. Majikan saya bilang saya harus kerja di sini empat tahun, karena saya ini mahal," ujar Dede.

Namun karena pekerjaannya yang berat, dia merasa tak kuat. Apalagi perutnya sering sakit pasca-operasi caesar. Sehingga ia dipulangkan ke kantor perusahaan penyalur selama beberapa minggu.

Setelah itu, katanya, dia kembali 'dijual' ke majikan lain. Tapi sakitnya kembali kambuh.

"Karena pekerjaannya memang sangat berat. Tidur jam dua malam, bangun jam enam atau tujuh pagi."

Dede mengaku sudah tak sanggup lagi kerja di Suriah dan ingin pulang ke Indonesia. Ia juga berkata sudah menghubungi KBRI Damaskus tapi belum ada tindakan, ujarnya.

Tapi karena janji manis dari sponsor, Dede berkeras pergi.

Pihak sponsor juga mengeklaim, keberangkatan Dede ke Turki tak bisa dibatalkan lantaran mereka sudah memberikan uang muka sebesar Rp3,5 juta kepada keluarga Dede.

Dede juga diancam bakal 'dipidanakan' kalau tak jadi berangkat. Belum lagi agen penyalur di Jakarta disebut sudah keluar uang untuk membuat paspor dan membeli tiket.

Hanya saja sejak tahu kalau istrinya bekerja tidak sesuai penempatan awal yakni di Turki, Dede minta dipulangkan.

"Tapi mau bagaimana? Katanya enggak bisa pulang, akhirnya ya sudah kerja saja dulu," ucap Yongki kepada BBC News Indonesia.

"Di sana dia ngeluh kerjanya berat. Di sana rumahnya besar kayak istana. Bersih-bersih enggak cukup satu atau dua jam."

"Gaji yang dijanjikan 600 Dollar tidak sesuai, awal terima gaji Rp2,8 juta. Dua bulan kerja gajinya 'dimakan' agen."

Suami Dede mengatakan istrinya tersebut sering mengeluh sakit dan mengalami pendarahan. Sementara pihak agen di Damaskus tidak membawanya ke dokter ataupun memberikan obat pereda sakit.

Karena itulah, majikan istrinya kerap berganti.

"Sudah lima kali majikan ganti-ganti karena sakit. Saya mau dia dipulangkan, soalnya kondisinya sakit habis operasi caesar."

Sebab, menurut catatan Dinas Tenaga Kerja Karawang, Dede menggunakan nama dan alamat palsu. Selain itu, Suriah adalah satu negara yang terkena moratorium pengiriman pekerja rumah tangga.

Namun kalau merujuk pada hukum yang berlaku di Suriah, status Dede Asiah termasuk pekerja migran legal dan sudah menandatangani kontrak kerja.

Untuk bisa memulangkannya ke Indonesia, menurut Judha Nugraha, tidak semudah itu.

"Kita pahami di Suriah dan mayoritas negara Timur Tengah menggunakan sistem kafalah. Untuk pulang ke Indonesia perlu exit permit atau izin dari majikan. Ini yang sedang kita bahas bersama bagaimana solusinya," jelasnya.

Pihak majikan disebut merasa dirugikan kalau Dede dipulangkan lantaran sudah mengeluarkan uang US$12.000 atau hampir Rp179 juta.

Beberapa upaya yang sedang ditempuh di antaranya melalui jalur diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Suriah. Tujuannya meminta bantuan agar Dede Asiah bisa dibawa ke shelter KBRI Damaskus dan diberi izin untuk pulang.

Kemenlu, katanya, juga sedang mempelajari isi kontrak yang ditandatangani Dede untuk mengetahui hak dan kewajibannya.

Adapun soal dugaan Dede korban perdagangan orang, sedang didalami oleh kepolisian.

Dan kalau dugaan itu benar, maka pihak perusahaan penyalur di Jakarta harus dimintakan pertanggungjawaban termasuk menanggung biaya pemulangan.

Judha pun memastikan hingga saat ini kondisi Dede baik dan masih tinggal di rumah majikannya.

Mengapa masih terjadi?

Aktivis LSM Migrant Care, Siti Badriyah, menilai kasus yang dialami Dede Asiah termasuk kejahatan perdagangan orang.

Migrant Care mencatat modus serupa juga terjadi pada buruh migran lain. Kasus yang biasa terjadi, para buruh migran mulanya dijanjikan bekerja di perusahaan. Tapi begitu sampai, dipekerjakan sebagai pekerja rumah tangga.

"Diperdagangkan dengan cara dipindah-pindah ke beberapa negara dan kemudian berakhir di negara konflik seperti Suriah, Irak. Itu lumayan banyak [terjadi]," papar Siti.

Permasalahan ini kerap terjadi karena kurangnya informasi di kalangan pekerja migran serta kencangnya iming-iming gaji besar dari sponsor.

Kata dia, tak semua calon pekerja migran tahu kebijakan moratorium PRT ke 19 negara di Timur Tengah masih berlangsung sampai saat ini.

Bahkan ada kalanya ia menemukan calon pekerja migran mendapat informasi lowongan kerja ke Timur Tengah dari pihak-pihak yang mengaku dari Kementerian Tenaga Kerja.

"Mereka dapat informasi dari orang-orang yang enggak jelas dan menyertakan logo Kemnaker. Padahal itu tidak benar. Tapi teman-teman percaya."

https://regional.kompas.com/read/2023/04/02/161700178/dijanjikan-kerja-di-turki-dede-asiah-dijual-12.000-dolar-untuk-jadi-budak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke