Salin Artikel

3 Kasus Polisi Diduga Bunuh Diri, Ada yang Minum Sianida hingga Dugaan Masalah Asmara

Mereka adalah Bripka AS, anggota Polres Samosir; Briptu RF, anggota Polda Gorontalo dan yang terbaru Bripda DK, anggota Ditsamapta Polda Banten.

Bripka AS ditemukan meninggal dunia pada 23 Januari 2023 di Samosir diduga karena minum sianida.

Dua bulan kemudian tepatnyanya Sabtu (25/3/2023), Briptu RF ditemukan tewas diduga bunuh diri di dalam mobil dinas di Gorontalo.

Kasus terbaru, Bripka DK diduga menembak dirinya sendiri pada Jumat (31/3/2023).

Dari tiga kasus bunuh diri, kematian Bripka AS dan Briptu RF dinilai janggal oleh pihak keluarga.

Dan berikut rangkuman kasus bunuh diri oleh anggota Polri:

1. Kejanggalan kematian Bripka AS

Bripka AS disebut-sebut meninggal lantaran meminum racun sianida pada 23 Januari 2023 lalu.

Namun keluarga korban merasa curiga. Keluarga menduga kematian Bripka AS bukan karena racun, tapi karena dibunuh.

Sebelum ditemukan tewas, Bripka AS juga sempat dituduh melakukan penggelapan pajak kendaraan.

Istri korban, Jenni Simorangkir mengklaim suaminya selain dituduh melakukan penggelapan pajak kendaraan warga, juga sempat diancam oleh Kapolres Samosir.

Jenni mengatakan sebelum sang suami meninggal, dirinya dan Bripka AS sempat dipanggil oleh Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman.

Kecurigaan atas kematian Bripka AS juga disampaikan Fridolin Siahaan selaku kuasa hukum keluarga.

Fridolin mengatakan Bripka AS diduga dijadikan tumbal untuk menutup kasus penggelapan pajak di Samsat Pangururan, Kabupaten Samosir.

Ia mengungkapkan bahwa hal tesebut dilakukan agar kasus penggelapan pajak tersebut tidak bisa ditelusuri.

"Artinya supaya rantai ini terputus, jadi beliau sudah meninggal dan tidak bisa diambil keterangannya lebih lanjut. Dan siapa saja yang terlibat dalam kasus penggelapan tersebut tidak bisa ditelusuri," terangnya.

Diketahui, penggelapan pajak yang dilakukan Bripka Arfan Saragih dan empat pegawai honorer Bapenda UPT Samsat, Pangururan Samosir ini sudah berlangsung sejak tahun 2018 hingga awal tahun 2023.

Terkini, sejumlah mantan dan Kapolres Samosir diperiksa Propam Polda Sumut buntuk penggelapan pajak kendaraan Rp 2,5 miliar yang diduga dilakukan Bripka AS.

Propam juga memeriksa Kapolres Samosir yang sekarang, AKBP Yogie Hardiman, Kasat Lantas Polres Samosir dan Kanit Regident.

Polisi juga telah memeriksa kurir jasa pengiriman barang yang mengantarkan diduga racun ke Arfan.

Briptu RF diduga bunuh diri di dalam mobil dinas yang terparkir di Desa Ombulo, Kabupaten Gorontalo.

Briptu RF meninggal dengan luka tembak di dada kiri.

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara Polda Gorontalo, Briptu RF diduga bunuh diri gara-gara persoalan asmara.

Namun Polda Gorontalo belum mengetahui siapa seseorang yang membuat Briptu RF kecewa.

Kematian Briptu RF juga dinilai janggal oleh keluarganya. Ayah Briptu RF, Muslih menyampaikan kejanggalan di balik kematian putranya itu.

Muslih adalah seorang polisi dan mantan penyidik.

Muslih menilai kematian Briptu RF janggal karena korban tidak memperlihatkan tanda-tanda mencurigakan sebelum ditemukan tewas di dalam mobil dinas.

"Saya sendiri mantan penyidik (polisi). Kalau kasus itu dinyatakan BD (bunuh diri) berarti berhenti, maka saya minta Kapolda (Gorontalo) untuk dilakukan penyelidikan agar jelas motifnya," kata Muslih dikutip Tribunjateng.com, Senin (27/3/2023).

Musli mengaku bisa menerima kematian Briptu RF bila memang penyebabnya karena bunuh diri.

Namun keluarga membutuhkan pembuktian fakta-fakta yang dapat diterima menurut akal sehat.

"Ibaratnya kalau ada hujan pasti ada mendung. Lha, ini nggak ada mendung kok tiba-tiba hujan. Itu yang kami pertanyakan sampai saat ini," kata Muslih.

Apalagi menurut Muslih, sebelum memasuki puasa ramadan, Briptu RF sempat melakukan panggilan video kepada ibunya.

Saat komunikasi terakhir itu, Briptu RF tidak menceritakan ada masalah yang tengah dihadapinya.

"Kabar terakhir nggak ada masalah apa-apa, terakhir kontak sebelum puasa. Video call dengan ibunya," ujar Muslih.

Saat ditemukan, terdapat senjata api laras panjang jenis SS1 V2 di dekat tubuh jasad Bripda DK.

Bripda DK diketahui baru 1,3 tahun menjadi anggota Polri.

Hingga saat ini belum diketahui motif Bripda DK nekat mengakhiri hidupnya dengan senjata api yang merupakan inventarisir Polda Banten itu.

Namun perilaku aneh ditunjukkan Bripda DK sebelum kematiannya. Bripda DK disebut sempat menghitung jumlah peluru bersama ibundanya.

Dia menyebut pistol inventaris yang dipegangnya akan diserahkan ke Polda Banten keesokan harinya.

Selain itu Bripda DK juga mengeluh kepada ibunya dan berharap dapat dimutasi ke Tangerang.

Informasi ini disampaikan Wulan, tetangga korban. Ia mengatakan sehari sebelum tewas, Bripda DK baru pulang daru dinas luar di PLTU Suralaya, Kota Cilegon.

Menurut Wulan, ibu korban sempat bercerita bahwa anaknya ingin mutasi ke Tangerang sambil kuliah di sana.

"Pada Kamis malam, ibu dan almarhum sempat menghitung peluru, korban sempat berkata ini (senjata api-red) besok mau diserahkan ke Polda," kata Wulan di kediaman duka.

"Ini cerita ibu korban yah, yang bercerita ke saya," ungkap Wulan menegaskan.

Menurut Wulan, pada Kamis malam di rumah korban yang terletak di Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, hanya ada ibu korban dan DK.

Sementara ayah korban berada di warung tempatnya berjualan buah yang terletak di depan Komplek ruko Griya Baladika.

"Korban adalah anak satu-satunya. Saat malam itu cuma ada dia dan ibunya, korban juga sempat ikut sahur tapi katanya cuma minum air putih doang, terus masuk lagi ke dalam kamar," ungkapnya.

Wulan melanjutkan, pada pukul 05.30 WIB, ibu korban sempat mendengar suara ledakan yang dikira adalah suara petasan.

Namun saat dilihat ke kamar DK, ibu korban langsung kaget melihat darah dengan kondisi tubuh DK telentang di atas kasur.

Saat itu, ibu korban langsung teriak meminta tolong dan menelepon Wulan untuk membawa ambulans, karena sang ibu masih mendengar suara rintihan DK.

Wulan menjelaskan, ibu korban juga sempat memindahkan tubuh Bripda DK. Namun, nahas saat itu juga DK menghembuskan napas terakhir.

"Saat saya tiba di lokasi, tubuh ibu korban dipenuhi darah. Saat itu tubuh korban miring di atas kasur dengan kondisi senjata ada di belakang korban," ujarnya.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

SUMBER: KOMPAS.com, Tribunnews.com

https://regional.kompas.com/read/2023/04/01/161700578/3-kasus-polisi-diduga-bunuh-diri-ada-yang-minum-sianida-hingga-dugaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke