Salin Artikel

Cerita Keluarga Asal Manggarai Timur Tinggal di Gubuk Reyot: Kadang Makan, Kadang Enggak

Yohanes tinggal bersama anaknya, Yohanes Jaik (12), dan kakaknya, Yus Ndelos (60). Sementara istri Yohanes telah pulang ke rumah orangtuanya.

Udara dingin hampir setiap malam dirasakan Yohanes dan keluarganya, khususnya setelah hujan. Dinding gubuk itu terbuat dari anyaman bambu. Sedangkan atapnya dari seng.

Di gubuk yang berlantaikan tanah itu, Yohanes dan keluarganya tidur beralaskan pelupuh yang disusun menyerupai kasur.

Tak ada jaringan listrik atau penerangan di gubuk milik Yohanes. Hampir setiap malam gubuk itu gelap gulita, hanya lampu pelita yang dipakai sebagai penerangan.

Kondisi gubuk sudah sangat memprihatinkan, reyot dan tak layak huni. Penghasilan sebagai buruh serabutan memaksa keluarga Yohanes hidup seadanya bersama anaknya di gubuk itu.

"Sehari-harinya saya kerja kadang ada yang menyuruh nyangkul, sehari paling Rp 25.000. Tapi penghasilan tidak tetap. Ya makan seadanya saja," ungkap Yohanes di rumahnya, Jumat (31/3/2023).

Bagi Yohanes dan keluarga, tak makan selama sehari merupakan hal biasa karena keterbatasan penghasilan.

"Kadang makan kadang enggak makan, bagaimana lagi. Kalau lagi tidak punya uang ya tidak makan," kata dia.

Yohanes dan keluarga hanya bisa pasrah menghadapi kondisi itu. Yohanes berharap keluarganya bisa mendapat bantuan pemerintah, khususnya jaminan kesehatan.

"Dulu sempat mau dapat bantuan tapi tidak jadi karena terkendala administrasi kependudukan. Saya belum memiliki kartu keluarga dan Kartu Tanda Penduduk. Istri saya sudah kembali ke orangtua saat anak saya masih usia dua tahun," jelasnya.

"Segala sesuatu tetap saya syukuri, masih ada tempat tinggal. Meskipun saya juga berharap ada bantuan, agar saya dan anak saya bisa tinggal di tempat yang lebih layak," ucapnya.

Yohanes terkejut saat Kompas.com dan perwakilan Polres Manggarai Timur tiba di rumahnya. Ia menerima tamu sambil duduk di lantai tanah berlinang air mata.

"Saya tak punya apa-apa untuk menghidangkan tamu yang berkunjung. Hanya air teh yang disuguhkan," kata Yohanes.

Sang anak tetap rajin sekolah

Sementara itu, sang anak Yohanes Jaik yang berusia 12 tahun sedang memasak untuk makan siang bersama ayah dan tantenya.

Meski tinggal di gubuk reyot, Yohanes Jaik yang duduk di kelas VI SD Inpres Rate Momang mengaku tetap rajin ke sekolah.

"Dalam keterbatasan ekonomi, ayah masih mencari uang untuk biaya pembangunan di sekolah," ungkapnya.

Terima bantuan polisi

Kepala Seksi Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polres Manggarai Timur Bripka Heribertus AB Tena dan anggota Bhabinkamtibmas Polsek Kota Komba Aipda Yosep Bei Langa menyambangi keluarga Yohannes.

Saat berkunjung, perwakilan Polres Manggarai Timur itu membawa beras dan satu papan telur ayam.

"Kami mendapatkan informasi dari warga berkaitan dengan kondisi keluarga ini. Dan sebagai polisi, kami wajib mengetahui kondisi keluarga ini," kata Heribertus.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/31/183708878/cerita-keluarga-asal-manggarai-timur-tinggal-di-gubuk-reyot-kadang-makan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke