Salin Artikel

Kisah Tobat Mantan Begal Kawakan di Perbalan Semarang, Nyantri di Ponpes Istighfar Tombo Ati

SEMARANG, KOMPAS.com-Warga asli Perbalan, Ansor (65) sudah menjadi preman dan begal sejak sekitar usia 20 tahun.

Dahulu dirinya mendapat panggilan Ayong di kalangan temannya yang kini seakan menjadi nama aslinya.

Kawasan Perbalan, di Kota Semarang sejak dulu memang sudah identik menjadi lokasi rawan begal dan perbuatan kriminal lainnya.

“Perbalan itu bahasa kasarannya bajingan, isitlahnya preman, tapi belum begitu nakal. Biasanya banyak anak muda pada kumpul-kumpul main judi,” ungkap Ayong saat ditemui di Ponpes Istighfar Tombo Ati, Jumat (31/3/2023).

Ayong mengaku tak suka sekolah dan sering membolos. Ia pun berhenti saat masih duduk di bangku SMP. Pasalnya ia juga merasa membebani bapaknya yang bekerja sebagai mandor di pelabuhan dengan pendapatan tak seberapa.

Sejak itu kehidupannya semakin kelam. Ayong mulai berjudi. Di sana ia merasa mendapat kepuasaan saat menang. Namun saat kalah, ia terus terdorong untuk tetap ikut berjudi lagi sampai menang.

“Zaman dulu belum semaju sekarang, jarang orang punya kendaraan. Orang kaya itu sudah kelihatan dari gaya pakaiannya, necis, pakai jam tangan mewah, seperti itu yang diincar,” lanjutnya.

Untuk mencari modal judi kembali, ia pun membegal orang yang melintas di Perbalan, baik pejalan kaki maupun pengendara motor.

“Kalau kalah, ya gimana caranya dapat uang, nodong di jalan, keluarkan senjata tajam, kalau dia ngelawan, mau enggak mau ya ditusuk,” bebernya.

Lelaki itu mengaku tidak tahu sudah berapa kali membegal dan menusuk orang. Ia bahkan sudah kerap keluar masuk penjara karena berbagai ulahnya. Baik perkara begal hingga terlibat pertarungan antar preman.

Ia pernah berebut kekuasaan di terminal. Aparat kepolisian kala itu bahkan sudah akrab mengenalnya. Sekitar tahun 80-an, Ayong ditangkap polisi saat baru dibebaskan dari penjara karena salah tangkap.

“Untung ada polisi yang kenal saya, dulu belum ada CCTV, saat orang menyebut Ayong, mesti langsung mengarah ke saya, padahal itu Ayong yang lain,” katanya.

Saat marak penembak misterius (petrus) yang mengincar preman dan penjahat, dirinya resah dan khawatir akan menjadi target. Pasalnya ia sudah terlajur sering dicurigai polisi meski tidak melakukan perbuatan kriminal.

“Akhirnya saya ikut jadi kuli bangunan di Gereja Blenduk, kerjanya pakai masker wajah biar enggak ketahuan kalau itu saya,” ujarnya.

Meski begitu, ia tetap tidak tenang karena harus terus bersembunyi. Pasalnya sudah banyak teman-temannya yang terkena tembak oleh petrus.

“Biasanya kepala orangnya (para pelaku kriminal) ditutup sama petrus dan ditembak enggak tahu dimana, jasadnya juga enggak tahu dibuang kemana,” ungkapnya.

Ayong pun berusaha memperbaiki hidupnya dengan menjadi sopir angkot. Kala itu kemampuan menyetir mobil dan memiliki SIM sangat langka. Sehingga dirinya cukup beruntung mudah mencari lapangan pekerjaan.

“Ketemu istri karena pas dia sekolah penumpang saya,” katanya.

Kejahatan tak sampai di situ. Ayong kemudian menjadi sopir truk ke Jakarta dan hanya pulang seminggu sekali. Ia mengaku dahulu kerap bermalam dengan perempuan lain di perjalanan. Namun hal itu tak memberi kepuasan baginya.

Istrinya mengecam perbuatan Ayong dan memintanya menjalani hidup yang lebih baik. Ayong akhirnya menjadi sopir pribadi untuk toko servis AC.

Ia banyak belajar soal AC. Kemudian ia membuka servis AC dan kulkas.

Tenang

Saat memperbaiki kulkas milik pengasuh Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati, Gus Tanto, ia merasakan ketenangan di sana.

“Pertama benerin kulkas Gus Tanto, rasanya adem ayem, enggak tahu ada apa,” ujarnya.

Setiap Rabu ia melihat jemaah ramai-ramai mengaji di sana. Lalu pemotongan hewan kurban yang dibagikan warga setempat. Ia seakan merasa terpanggil.

“Kaya terpanggil ikutan ngaji, padahal saya enggak bisa ngaji, tapi pokoknya ikut-ikutan, rasanya ayem, seneng, itu enggak pernah saya miliki sebelumnya,” ungkapnya.

Menurutnya, perubahan terbesar setelah ia bergabung menjadi santri Gus Tanto ialah mendapat ketenangan hati yang selama ini ia cari.

Pekerjaannya menggarap service AC juga dinilai lebih fleksibel sehingga dirinya tetap dapat rutin datang mengaji bersama Gus Tanto.

“Yang saya kagumi, dia (Gus Tanto) itu sabar sekali, tidak pernah marah. Kalau ngomong alus sekali, dan kalau menasehati tidak memaksa, terserah kamu mau menjalankan atau tidak gitu,” ungkapnya.

Setelah semua perbuatan kriminal yang diperbuat selama hidupnya, Ia merasa senang bisa diterima dengan tangan terbuka menjadi santri Gus Tanto. Sang Kiai juga menghargai setiap proses hijrahnya untuk berubah lebih baik.

Meski sudah sekitar 18 tahun nyantri di sana, ia mengaku masih belum menjadi pribadi yang soleh seperti Gus Tanto. Ia juga masih memperbaiki ibadah seperti shalat lima waktu dan puasa.

“Di sana banyak belajar, kalau manusia harus bermanfaat bagi sesama. Banyak hikmah kehidupan yang bisa diambil saat ngaji. Seperti wong nandur mesti ngunduh (orang yang menanam pasti akan memanen,” terangnya.

Bila dapat memutar waktu, ia mengaku ingin mengembalikan semua uang dan benda dari hasil begal yang dulu kerap dilakukan saat muda. Baginya, itulah penyesalah tersebar dalam hidup Ayong.

“Menyesal sekali, pengennya kalau bisa todongan itu dikembalikan, karena uang haram enggak berkah. Tapi itu udah terlalu lama, kemungkinan orang-orangnya udah meninggal dan enggak tahu juga siapa,” jelasnya.

Diakui kehadiran Ponpes Istighfar tersebut membawa dampak positif bagi lingkungan setempat. Perbalan tak semengerikan dahulu. Angka kriminal juga telah jauh berkurang. Tak ada penjahat yang berani mengganggu warga.

“Dulu di sini mantan preman semua, sebagian besar sudah ikut ngaji termasuk saya sendiri, yang sudah meninggal teman saya juga banyak,” tandasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/31/160557378/kisah-tobat-mantan-begal-kawakan-di-perbalan-semarang-nyantri-di-ponpes

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke