Salin Artikel

Pencuri Batu Bara di Perairan Muara Berau Diduga Ditembak Mati, Pelaku Belum Diketahui

MR bersama rekan-rekannya sedang melakukan upaya pencurian batu bara dari tongkang ke kapal klotok di Perairan Muara Berau, Kukar, Sabtu (25/3/2023) dini hari.

Foto dan video yang diterima Kompas.com dari keluarga korban, MR mengalami satu luka tembakan di dada bagian kiri. Lubang bekas tembakan itu terlihat lumayan besar. Bahkan tampak jelas menembus hingga ke tulang rusuk.

“Anak saya (MR) ditembak saat mau ikat tali di kapal tongkang. Mereka mau sandar (pakai kapal klotok). Belum disekop (batu bara) dari tongkang ke kapal klotok, sudah ditembak," ungkap Ibu MR, Salbia, saat ditemui Kompas.com, Sabtu sore, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie (AWS), Samarinda.

Hingga kini pelaku penembakan belum diketahui identitasnya. Namun, diduga kuat Riski tertembak saat razia petugas. Upaya konfirmasi ke Polres terkait dan Polda Kaltim hingga kini belum membuahkan hasil.

Sehari setelah kejadian, beredar sebuah video singkat di media sosial, mirip seperti yang diutarakan Salbia. Di dalam video itu terlihat beberapa kapal klotok yang diduga ditumpangi MR dan rekan-rekannya sedang merapat ke dinding kapal warna merah seperti tongkang.

Di tengah kondisi yang gelap gulita, tiba-tiba muncul sebuah speedboat viber seperti patroli petugas, menghampiri dengan jarak dekat, lalu menyoroti dengan lampu senter. Sorotan lampu memperlihatkan seseorang memegang senjata laras panjang. Video itu direkam dari speedboat.

Selain itu, terlihat seorang pria tanpa baju duduk di ujung kapal klotok seperti sedang mengaitkan atau sedang melepas tali ke tongkang.

“Eh mau mati semuanya, eh mau mati kah, eh mau mati kah kamu. Jangan dilepas talinya, jangan dilepas talinya,” demikian suara keras itu terdengar dari balik video disertai beberapa kali bunyi tembakan.

Namun, kaitan tali ke tongkang seperti dilepas hingga tampak seperti kapal klotok melarikan diri. 

“Jangan pergi kamu ya, pergi mati kamu. Jangan dilepas talinya. Dilepas talinya mati kamu. Itu tembak, itu tembak. Sopirnya tembak, sopirnya tembak,” demikian terdengar suara dari beberapa orang di dalam speedboat itu.

Kamera video hanya merekam singkat peristiwa itu. Tidak terlihat jelas apakah tembakan tersebut mengenai para pelaku yang ada di kapal klotok atau tidak.

Salbia meyakini luka yang dialami putranya itu akibat tembakan.

"Enggak mungkin ditikam (pisau). Lukanya dalam begitu," kata dia.

Salbia mengatakan anaknya sempat dilarikan ke Puskesmas Sungai Mariam usai tertembak. Saat tiba di Puskesmas, MR sudah tak bernyawa. MR dibawa ke ruang jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie (AWS), Samarinda.

"Anak saya itu katanya kerja di batu bara, hanya pekerja makan gaji. Dia sudah lama putus sekolah," kata Salbia.

Sebelum ditembak, MR sempat pulang ke rumah sehari sebelumnya. Esoknya, menjelang sore MR kembali pamit bekerja.

Tahu anaknya tertembak dari Tetangga

Salbia dan suaminya baru mengetahui anaknya tertembak pada pagi hari jelang siang. Saat itu dirinya diberitahu tetangga melalui foto dan video yang tersebar.

Salbia dan suaminya segera bergegas ke Puskesmas Sungai Mariam. Tiba di sana, MR sudah meninggal. Jenazah MR juga sudah berada di dalam mobil Ambulans untuk dibawa menuju RSUD AWS.

Di hari sama, atas persetujuan keluarga, kata Salbia, jenazah MR langsung diotopsi untuk mengungkap penyebab kematian.

Hingga sore hari, proses autopsi itu masih berlangsung saat Kompas.com menemui Salbia dan suaminya di depan kamar jenazah RSUD AWS.

Salbia dan suami duduk di kursi kayu depan pintu kamar jenazah dengan tatapan kosong. Sementara, beberapa anggota keluarga lain ikut mendampingi.

Terpantau sejumlah aparat polisi berpakaian biasa turut hadir, termasuk tim Inafis Polresta Samarinda. Salbia mengatakan pemilik kapal klotok yang membiayai seluruh proses otopsi hingga pemakaman.

Sambil meneteskan air mata, Salbia mengutarakan momen saat MR pamit bekerja merupakan pertemuan terakhirnya dengan putra sulungnya itu.

Dia berharap kasus kematian anaknya bisa diungkap dan pelaku mendapat hukuman setimpal.

“Saya berjuang besarkan anak saya, kalau memang dia salah, kenapa harus ditembak sampai mati. Kan bisa di kaki, biar dia tetap hidup,” ungkap Salbia dengan suara tangis terseduh sedan.

Dokter Spesialis Forensik RSUD AWS dr. Christine belum merespon saat dikonfirmasi perihal hasil autopsi

Polisi belum bisa dikonfirmasi

Hingga berita ini ditayangkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi. Hanya saja, Kasat Polairud Polres Kutai Kartanegara AKP Izdiharuddin Faris Raharja Putra membenarkan ada peristiwa tersebut. Namun, dirinya tak bisa memberitahu keterangan lebih jauh, sebab penanganan kasus tersebut diambil alih Polres Bontang.

“(Perairan) Muara Berau itu masuk wilayah Kukar tapi, Polseknya masuk Polres Bontang. Jadi kami enggak bisa beri info, sebaiknya langsung ke Polres Bontang aja. Karena dari kemarin sudah diambil alih sama teman-teman dari Polres Bontang,” ungkap dia saat dihubungi Kompas.com.

Kasat Polairud Polres Bontang Iptu Edy Mujiyanto dan Kapolres Bontang AKBP Yusep Dwi Prastiya, belum merespons panggilan telepon dan pesan singkat Kompas.com.

Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Yusuf Sutejo pun belum memberikan keterangan resmi.

"Saya masih rapat," ungkap dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/3/2023).

https://regional.kompas.com/read/2023/03/27/195835078/pencuri-batu-bara-di-perairan-muara-berau-diduga-ditembak-mati-pelaku-belum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke