Salin Artikel

Kejanggalan Kematian Polisi yang Tewas Minum Sianida, Keluarga Sebut Sudah Kembalikan Uang Rp 650 Juta

Pihak keluarga tak yakin, bahwa Bripka AF bunuh diri tapi sengaja dibunuh terkait kasus penggelapan pajak kendaraan yang menjeratnya.

"Sebelum dia meninggal, dia pernah mengatakan kepada istrinya, kalau dia sudah capek ditekan tekan mengenai kasus pajak itu. Dan dia bilang kalau dia akan membongkar sindikat penggelapan pajak di Samsat Samosir," kata Tasman Sipayung, kerabat Bripka Arfan Saragih, Kamis (16/3/2023).

Mendengar pengakuan itu, istri Bripka AF, Jeni Simorangkir sempat meminta suaminya mengurungkan niat tersebut karena khawatir suaminya akan celaka. Sebab, yang akan dihadapi adalah mereka yang punya kekuasaan.

"Istrinya saat itu melarang karena takut juga," kata Tasman.

Tasman mengatakan, yang membuat keluarga tidak yakin korban bunuh diri lantaran yang bersangkutan sudah melunasi sebagian uang yang telah digelapkan.

Menurut Tasman, ada Rp 650 juta uang yang sudah dikembalikan Bripka AF, dan jika dihitung masih ada Rp 80 juta yang harus dikembalikan.

"Kalau mau bunuh diri, kenapa setelah bayar Rp 650 juta. Kenapa sebelum itu tidak dibayarkan," kata Tasman.

Keluarga menduga, dengan meninggalnya Bripka AF, ada pihak tertentu yang ingin melimpahkan semua kesalahan ini pada mendiang.

Dengan tewasnya mendiang, maka kasus ini akan sulit terungkap.

Sebab, Bripka Arfan Saragih ini yang tahu siapa-siapa aja pihak yang diduga terlibat dalam menilap keuangan negara tersebut.

"Kami keluarga sudah bayar, bahkan rumah Arfan itu yang ada di Samosir sudah dijual untuk bayar kerugian. Kami keluarga juga gotong royong membantu. Tapi kami lihat dengan meninggalnya Arfan, semua masalah mau dilimpahkan sama dia sendiri," kata Tasman.

Binneria Purba, ibu mendiang Bripka AF tak henti-hentinya menangis ketika mengingat sosok sang anak.

Menurut Binneria, sangat tidak mungkin anaknya bunuh diri.

Dia yakin, ada hal lain dibalik kematian anaknya itu. Binneria mengatakan, dia merasa terpukul dengan kematian anaknya ini.

Terlebih, keluarga merasa tidak yakin dengan kematian korban yang katanya minum racun sianida.

"Sampai sekarang aku tidak percaya anak ku yang baik itu bunuh diri," katanya.

Binneria cuma berharap, aparat terkait mau jujur atas kematian anaknya.

Sementara itu Fince Saragih, ayah dari Bripka Arfan Saragih tak yakin anaknya bunuh diri. Fince justru curiga, banyak terdapat keanehan pada tubuh sang anak.

"Waktu itu jenazahnya datang kemari, aku heran kenapa badannya kok buram. Wajahnya hitam sebelah, tanganya hitam, kakinya juga. Instingku ini bukan bunuh diri, melainkan dibunuh, tapi siapa orangnya, kami tidak tahu," kata Fince Saragih, Kamis (16/3/2023).

Menurut keluarga, kematian Bripka Arfan Saragih sangat jangal, terlebih polisi melalui konferensi pers menyebutkan Arfan meninggal bunuh diri.

Keluarga menyebutkan, wajah Arfan mengalami luka seperti tersiram air panas.

Selain itu kuping mengeluarkan darah dan kepala belakang ada luka seperti dipukul benda tumpul.

"Kalau sekarang dibilang bunuh diri, sampai sekarang aku tidak percaya. Wajah anakku itu hitam sebelah kiri, mata juga terbuka satu, lalu tanganya diletakkan di dadanya, terus kepala belakangnya luka seperti dipukul, terus di tulang rusuk juga " tambahnya.

Menurut Fince, anaknya tersebut adalah sosok yang baik dan rajin beribadah.

Dia sendiri sudah mengaku ikhlas dengan kepergian Bripka Arfan Saragih. Meski begitu, dia merasa sakit hati jika anaknya disebut meninggal lantaran bunuh diri.

"Kalau aku tidak yakin, karena anak ku itu sangat baik, tidak mungkin dia bunuh diri. Kalau masalah pajak itu sudah kami bayarkan Rp 650 juta, sampai utang utang kami di sini, dan tinggal hanya sedikit laginya utang itu," kata Fince.

Disebut bunuh diri

Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman menegaskan, bahwa anak buahnya itu memang bunuh diri.

Kalaupun keluarga mendiang tidak terima, kata Yogie, itu hal yang wajar.

"Berdasarkan hasil autopsi yang sudah disampaikan ahli otopsi, tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik. Memang ada beberapa memar, kemungkinan itu karena meminum racun sianida, itukan sifatnya panas," kata Yogie, Rabu (15/3/2023).

Yogie mengatakan, karena sianida itu panas, kemungkinan korban meronta-ronta. Sehingga terdapat memar pada tubuh korban.

"Tidak ada yang kami tutup-tutupi," kata Yogie.

Dia mengatakan, dari hasil penyelidikan forensik digital terhadap ponsel milik korban, ditemukan sejumlah fakta soal dugaan bunuh diri.

Menurut Yogie, pada handphone korban ada riwayat pencarian di Google tentang bagaimana bunuh diri jika meminum zat beracun.

"Berdasarkan riwayat itu, kami menemukan di tanggal 3 Februari 2023 pada pukul 10.00 WIB, ada penelurusan berapa lama potasium dapat membunuh manusia. Kemudian, pada saat yang sama, (ada pencarian) berapa lama sianida membunuh manusia, berapa jam reaksi racun potas pada manusia," ungkap Yogie.

Sehingga, kata Yogie, dapat disimpulkan bahwa benar, korban diduga melakukan bunuh diri dengan cara meminum racun sianida.

"Sangat banyak sekali bagaimana penelusuran melalui Google bagaimana cara bunuh diri," katanya.

Disinggung mengenai sosok Bripka AF, Yogie yang mengaku baru satu setengah bulan menjabat sebagai Kapolres Samosir mengatakan, mendiang ini merupakan orang yang disiplin waktu.

"Dia tidak pernah terlambat apel dan selalu mengikuti segala kegiatan di Polres," kata Yogie.

Namun begitu, yang sangat disesalkan adalah korban melakukan penggelapan pajak bersama komplotannya. Diduga penggelapan dilakukan sejak tahun 2018.

"Kemudian meledak di tahun 2019, 2020 sampai dengan 2022," katanya.

Yogie bilang, modus dari pada korban ini dengan cara menerima uang setoran pajak kendaraan masyarakat.

Lalu, uang itu tidak disetorkan ke loket Samsat Pangururan sehingga, para wajib pajak dirugikan. Total pajak yang tidak disetorkan hingga Rp 2,5 miliar.

Dari hasil penyelidikan, korban dan komplotannya juga melakukan pemalsuan data.

Korban menyerahkan dokumen kepada korban, yang ternyata itu adalah palsu. Sehingga, korban baru sadar ketika mengecek tagihan pajaknya.

Kata Yogie, ada yang sampai menunggak hingga Rp 6 juta dan harus membayar denda.

"Cara dia melakukan penggelapan itu, setelah dia menerima uang dari wajib pajak, kemudian dia tidak disetorkan, dan dibuatkan seolah-olah bahwa pajak sudah dibayar," katanya.

Dari hasil penyelidikan, ada empat orang lain yang terlibat dalam kasus penggelapan pajak ini. Mereka adalah Acong alias ET, BM, DM, dan RP. Namun keempatnya ini belum ditangkap dan dipenjarakan.

Karena kasus ini cukup menyita perhatian publik, Yogie pun berpesan pada semua anggotanya untuk taat dan patuh dalam menjalankan tugas.

Dia meminta agar semua anggota tidak melakukan pelanggaran hukum, dan jangan melukai hati masyarakat Kabupaten Samosir.

Terakhir, Yogie berpesan kepada semua masyarakat, jangan lagi membayar pajak lewat calo atau makelar karena bisa membayar pajak langsung ke loket yang sudah disediakan.

"Atau bisa lewat aplikasi Signal, jadi tidak perlu bertemu antara masyarakat dengan petugas," katanya.

Berkenaan dengan kasus Bripka AF dan komplotannya, Yogie akan menerapkan sejumlah pasal khusus.

Mulai dari Pasal 374 ataupun Pasal 372 tentang penggelapan dan pemalsuan dokumen, juga Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kejanggalan Kematian Bripka Arfan Saragih, Sudah Bayar Denda Kok Minum Racun: Seolah Jadi Tumbal

https://regional.kompas.com/read/2023/03/22/074700878/kejanggalan-kematian-polisi-yang-tewas-minum-sianida-keluarga-sebut-sudah

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke