Salin Artikel

Kisah Anak di Palembang 4 Kali Operasi Usus Buntu dan Meninggal, Alami Gizi Buruk Setelah Dirujuk

DA adalah anak pasangan Herman (44) dan Yani (38) yang tercatat sebagai warga Jalan Faqih Usman, Lorong Sintren, Keluruhan 2 Ulu, Palembang.

Yani bercerita awalnya DA mengalami gejala tipes hingga dibawa ke RSUD Bari Palembang pada Kamis (2/2/2023).

Setelah diperiksa, DA divonis usus buntu dan harus menjalani operasi.

Operasi pertama dilakukan pada Senin (6/2/2023). Ia lalu diperbolehkan pulang dan menjalani berobat rawat jalan.

“Namun setelah di rumah beberapa hari kemudian luka bekas operasi itu menimbulkan bau tidak sedap. Kami kembali membawanya ke rumah sakit,” tutur Yani, Selasa (7/3/2023).

Ketika di RSUD Bari, DA kembali menjalani operasi kedua. Namun kondisi gadis kecil itu tak menunjukkan adanya perubahan sampai dilaksanakan operasi ketiga.

“Rumah sakit malah menawarkan tindakan operasi lagi, atau pindah rumah sakit. Kami akhirnya memilih pindah rumah sakit. Anak saya tidak ada perubahan,” ujarnya.

Bahkan dari perutnya keluar cairan hijau kekuning setelah proses operasi usus buntu selesai dilakukan.

Sementara itu Herman bercerita sang putri menjalani operasi usus buntu hingga tiga kali di RSUD Baru Palembang.

Lalu DS menjalani operasi usus buntu yang keempar di RS Muhammaad Hoesin RSMH Palembang pada Senin (13/3/2023).

DA mendapatkan tindakan operasi pemotongan usus untuk mengeluarkan luka dari bekas operasi yangs sebelumnya.

Usai operasi, kondisi SA sempat berangsur pulih. Namun kondisi DA terus menurun hingga menjalani perawatan khusus.

Herman mengatakan bahkan detak jantung sang anak bahkan menghilang selama beberapa menit. Hal itu pun membuat Herman dan istrinya Yani panik.

"Lima hari semenjak selesai operasi adek tidak sadar. Detak Jantung nya tidak ada, namun dokter langsung menangani hal itu dengan memompa jantung secara manual menggunakan tangan. Detak jantungnya ada lagi, tapi adek masih tidak sadar," katanya,

Bocah 7 tahun itu sempat tak sadarkan diri selama lima hari hingga akhirnya ia menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (19/3/2023) malam pukul 22.00 WIB.

Meski telah dirujuk, Herman mengungkapkan kondisi anaknya saat itu belum juga pulih.

Bahkan DA sempat mendapatkan perawatan intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

Herman menambahkan luka dari bekas operasi yang dijalani anaknya berubah menjadi berwarna merah.

DA mengalami gizi buruk karena hanya mendapatkan suplai cairan dari infus.

"Anak saya juga dikatakan terkena gizi buruk karena dia ngga mau makan dan saya juga udah ngga bisa lihat dan untuk kondisi anak saya ini masih keluar cairan dan warnanya bukan lagi kuning tapi udah berwarna hijau," ujar dia.

Herman mengatakan penyebab meninggal putri bungsunya yaitu infeksi yang berlebih di usus menjalar ke organ hati sehingga pembuluh darahnya pecah.

"Penyebabnya kata dokter ada infeksi pada luka operasi sebelumnya di dekat perut, lalu infeksi itu menjalar ke organ hati. Makanya pembuluh darah sampai pecah keluar darah sampai kaki," ujar Herman.

Menurut Herman, dokter dari RSUP Mohammad Hoesin telah maksimal memberikan pertolongan kepada putrinya. Akan tetapi kondisi DA yang kian memburuk membuatnya tak mampu bertahan.

"Mohon doanya untuk mendiang anak saya. Terima kasih semua pihak yang bantu pengobatan," ujarnya.

Jenazah DA kemudian dibawa ke rumah duka dan dimakamkan di TPU Desa Talang Peramuan, Kecamatan Pamulutan, Kabupaten Ogan Ilir pada Senin (20/3/2023) pukul 13.00 WIB.

Laporkan Dokter B ke polisi

Kasus ini terungkap saat Herman melaporkan oknum dokter di RSUD Bari Palembang berinisial B ke SPKT Polda Sumsel, Rabu (8/3/2023) malam.

Herman mengatakan B selaku dokter juga belum ada itikad baik kepada pihaknya dan hanya terlihat membesuk anaknya pada saat DA dibawa ke rumah sakit Umum Muhammad Hoesin.

"Dia hanya besuk sekali saat anak saya sudah dirawat di RSMH Palembang. Oknum tersebut beralasan bahwa ini hanya kesalahan medis," tambahnya.

Herman berharap agar laporan polisi yang sudah dibuatnya ini segera di proses.

"Kami berharap agar polisi dengan cepat memproses laporan terkait dugaan malapraktik ini, apalagi hingga kini kondisi anak saya semakin parah," tegasnya.

Herman mengaku tidak ada firasat sama sekali yang membuat keluarga merasa bahwa Desfa akan meninggal dunia.

Namun anaknya sempat menyampaikan ingin mengajak kedua orangtuanya pergi jalan-jalan ketika benar-benar sembuh.

"Adek ngomong katanya kalau dia sembuh pengen jalan-jalan. Cuma itu saja, tidak ada firasat sama sekali tidak ada tanda-tanda apapun," ujar.

Untuk proses hukum yang sudah dilaporkannya ke Polda Sumsel, ia berharap polisi segera memanggil terlapor dalam hal ini dokter yang menangani operasi Desfa di RSUD Bari.

"Saya harap yang bersangkutan segera dipanggil polisi untuk dimintai keterangan," katanya.

Edisan Wahidin SH, Kuasa hukum keluarga DA mengatakan, saat ini bocah tersebut sudah dipindahkan atau dirujuk ke RSMH.

"Bukanya sembuh, korban justru makin parah setelah menjalani tiga kali operasi di RS Bari. Bahkan saat ini korban juga sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, oknum dokter berinisial B tersebut dilaporkan terkait Pasal 4 Undang-undang no 36 tahun 2014 tentang tenaga kerja.

"Dalam isi pasal tersebut adalah bahwa setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan korban luka berat maka terancam 3 tahun penjara," tutur Edison.

Sementara, Kasubag Humas RSUD Bari, Rully mengaku sudah melakukan tindakan medis sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Mereka pun membantah telah melakukan dugaan malpraktik seperti yang dituduhkan oleh orangtua korban.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Aji YK Putra | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Reni Susanti), Tribunnews.com

https://regional.kompas.com/read/2023/03/21/082500378/kisah-anak-di-palembang-4-kali-operasi-usus-buntu-dan-meninggal-alami-gizi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke