Salin Artikel

2 Desa Tertua di Bulungan Bakal Ditenggelamkan demi Proyek PLTA Kayan, Situs Bersejarah dan Satwa Endemik Terancam

Dua desa tertua tersebut adalah Desa Long Peleban dan Desa Long Lejuh. Kedua desa ini berada di wilayah paling hulu Sungai Kayan.

Desa Long Peleban dan Desa Long Lejuh akan hilang karena akan ditenggelamkan demi tersedianya tenaga listrik berdaya 9.000 megawatt di Sungai Kayan.

Desa yang dihuni warga adat Dayak Kayan dan Dayak Kenyah sejak 1901 ini, menyimpan sejarah panjang dan menjadi saksi bisu dari berdirinya Kerajaan Bulungan.

Kabid Pemerintahan Desa Dinas PMD Kabupaten Bulungan, Nurdin Lubis menuturkan, di Desa Long Peleban, terdapat makam leluhur yang dinamakan Lahai Bara.

‘’Long Pelaban memiliki situs sangat bersejarah, yaitu makam Lahai Bara. Kuburan keramat tersebut, dipercaya sebagai pusara dari tokoh besar dan menjadi cerita asal usul berdirinya Kesultanan Bulungan,’’ ujarnya, Jumat (3/3/2023).

Nurdin menjelaskan, Desa Long Peleban merupakan sebuah desa di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan dengan luas sekitar 235.336 km². PMD Bulungan mencatat, ada 60 kepala keluarga (KK) atau 260 jiwa yang menghuni Desa Long Peleban.

Sementara Desa Long Lejuh memiliki luas wilayah 296,06 km², dengan jumlah penduduk 103 KK atau 415 Jiwa.

‘’Kedua desa tertua ini akan hilang nanti ketika pembangunan PLTA berjalan. Semua wilayahnya akan tenggelam, dan kita belum ada kejelasan akan bagaimana dengan situs bersejarah di sana,’’ujarnya lagi.

Selain situs makam bersejarah, daerah hulu di Kabupaten Bulungan, masih didominasi kawasan hutan dengan banyak satwa khas Kalimantan.

"Masih banyak satwa endemik Kalimantan di wilayah hulu, karena masih hutan. Termasuk Bekantan, masih banyak di sana,’’ tutur Nurdin.

Warga di dua desa tersebut, mayoritas menggarap sawah dan ladang. Para pemudanya, biasanya memilih bekerja di perusahaan kayu di sana.

Sebagaimana penuturan Nurdin, Desa Long Lejuh maupun Long Peleban, termasuk desa terisolir yang hanya bisa dijangkau melalui jalur sungai.

Desa dengan status berkembang ini pun masih belum menikmati listrik sebagaimana desa desa sekitar.

‘’Nyala listrik di dua desa ini, hanya dibatasi 6 jam, dan tergantung ketersediaan bahan bakar solar,’’ tuturnya.

Dia mengatakan hingga saat ini Pemkab Bulungan belum terlalu jelas terkait sistem relokasi dari warga dua desa tersebut. Pemkab juga belum tahu berapa besaran ganti rugi bagi warga Long Peleban dan Long Lejuh.

‘’Sampai hari ini, masih banyak informasi simpang siur. Dan yang jelas, pembayaran ganti rugi untuk warga, belum sepenuhnya selesai,’’jelas Nurdin.

Namun demikian, warga setempat hanya bisa pasrah ketika mereka diberitahu proyek tersebut adalah proyek Negara. Mereka terpaksa angkat kaki dari tanah moyang yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka.

Di tanah itulah, nenek moyang mereka dikebumikan. Anak anak Desa Long Lejuh dan Long Peleban, tidak akan lagi bisa melihat daerah yang selama ini membesarkan mereka dengan tradisi dan budaya. 

‘’Kita dari Pemda Bulungan hanya tahu ada amdal dari perusahaan PT KHE (Kayan Hydro Energy) yang akan menggarap PLTA Kayan. Nanti akan kita lihat lagi bagaimana kajian ekologi dan lainnya. Sementara, Pemkab Bulungan juga masih mencari solusi atas makam Lahai Bara,’’ kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/03/055700878/2-desa-tertua-di-bulungan-bakal-ditenggelamkan-demi-proyek-plta-kayan-situs

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke