Salin Artikel

Menyelisik Perjalanan Gunung Sewu Menjadi UNESCO Global Geopark Beserta 7 Situsnya di Wonogiri

WONOGIRI, KOMPAS.com - Rombongan Jelajah Geopark Gunung Sewu menaiki dua mikrobus melalui jalur Tol Semarang-Solo untuk menuju Museum Karst Indonesia di Wonogiri pada pukul 07.30 WIB, Senin (30/1/2023).

Sekitar pukul 11.00 WIB, Kompas.com dan rombongan telah memasuki Kabupaten Wonogiri.

Di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, kami disambut pemandangan indah yang tak banyak ditemukan saat menaiki gunung lainnya.

Mata kami disuguhi jajaran pegunungan karst tropis yang lebat ditumbuhi pepohonan.

Lalu, dipadukan pemandangan ladang pertanian di bawahnya.

Menurut citra satelit dan interpretasi foto udara, Ahli Hidrogeologi Prof Sari Bahagiarti dari UPN Veteran Yogyakarta menyebutkan, terdapat sekitar 45.000 jumlah gunung dan bukit besar di sepanjang Gunung Sewu.

Sebanyak lebih kurang 10.000 bukit termasuk dalam wilayah Wonogiri.

Kemungkinan besar, itulah alasan para pendahulu menyebutnya Gunung Sewu, yang bermakna seribu gunung.

Pegunungan dari lapisan batuan gamping itu memiliki lebar kawasan 20-40 kilometer yang terbentang melintasi tiga provinsi, yakni Gunung Kidul (Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur).

Keunikan karst Gunung Sewu terbentuk melalui patahan lapisan gamping saat terjadi pengangkatan perbukitan kapur itu dari bawah laut ke permukaan sekitar 1,8 juta tahun lalu.

Setibanya di Museum Karst Indonesia, kami disambut sejumlah pihak.

Mulai dari Dinas Pariwisata setempat, pengelola museum, hingga perwakilan SMK dan SMA yang menaruh perhatian pada geopark.

Kami pun mengikuti pembukaan bersama para ahli geologi dari UPN Veteran.

“Saya kira potensinya besar sekali, hanya sayangnya yang di Wonogiri ini belum dieksplorasi secara maksimal, agak kalah start dengan Gunung Kidul,” ungkap Sari.

Sebab, letak Gunung Kidul yang berdekatan dengan Yogyakarta menarik para akademisi untuk mengadakan penelitian di sana.

Oleh karena itu, penemuan geosite lebih banyak di Gunung Kidul.

Kawasan Geopark Gunung Sewu ditetapkan menjadi UNESCO Global Geopark pada 2015 sebagai geopark kedua di Indonesia dan ke-115 di dunia.

Gunung yang membentang dari Yogyakarta hingga Pacitan itu memiliki total 33 situs.

Namun, hanya tujuh situs atau geosite masuk wilayah Wonogiri, Jawa Tengah.

Antara lain Lembah Kering Purba Giritontro, Gua Sodong, Gua Tembus, Luweng Sapen, Gua Mrico, Gua Potro-Bunder, dan Pantai Sembukan.

Sebanyak 13 situs lainnya berada di Gunung Kidul dan 13 situs Sisanya di Pacitan. Sebanyak 33 situs terbentang dalam luas 1.802 kilometer persegi.

Dalam kesempatan itu, Sari menegaskan, untuk pemanfaatannya, masyarakat mesti lebih dilibatkan dalam pengelolaan wisata geopark di Gunung Sewu.

Dengan begitu, mampu mengangkat perekonomian warga setempat tanpa merusak lingkungan dan menjaga keberlanjutan pembangunan.

Terlebih lagi, keberadaan satu-satunya Museum Karst Indonesia (MKI) terletak di Wonogiri.

Sari berharap MKI dapat menjadi penambah daya tarik geopark.

“Ini satu-satunya museum yang sudah dibuatkan oleh Kementerian ESDM. Ini khusus dibuat untuk menunjang geopark ini,” tutur Sari.

Lebih lanjut, pakar geologi dari UPN Veteran Yogyakarta dr Jatmiko Setiawan mengimbau dibentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) untuk mengelola ketujuh geosite di Wonogiri seperti yang telah dilakukan di Gunungkidul.

“Itu harus ada Pokdarwis, supaya pengelolaan di setiap titik geosite diserahkan ke masyarakat, pemerintah hanya memfasilitasi sehingga bisa berkembang dengan baik, karena ketika mereka sudah merasa memiliki, kawasan itu bisa meningkatkan perekonomian mereka jadi kreatif,” ungkap Jatmiko.

Dia mencontohkan, Gunung Api Purba Nglanggeran dulunya mendapat pemasukan Rp 2 miliar, kini dalam setahun mencapai Rp 10 miliar.

“Nanti pihak akademisi akan menolong, mendampingi, bagaimana menceritakan geosite itu baik secara geologi maupun wisatawan umum, secara sederhana,” imbuhnya.

Pada 2023 ini, Gunung Sewu UNESCO Global Geopark akan menjalani revalidasi untuk menentukan predikat green card dapat dipertahankan atau tidak.

Kepala Dinas Kepemudaan, Pariwisata, dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Wonogiri Haryanto mengatakan, terdapat tujuh rekomendasi dari UNESCO yang perlu dipenuhi bila predikat green card sebagai UNESCO Global Geopark ingin dipertahankan.

Seperti menambah visibilitas geopark dengan penunjuk arah, mengaktifkan promosi, meningkatkan kepemanduan geowisata dan MKI, meningkatkan edukasi, mengoptimalkan mitigasi bencana, menyusun masterplan sampai 2023, hingga aktif berkolaborasi.

“Sehubungan dengan hal itu, maka Dinas ESDM Jateng mengadakan kegiatan Jelajah Geopark Gunung Sewu di Kabupaten Wonogiri dengan maksud dan tujuan sebagai upaya revalidasi Gunung Sewu di Jateng,” ujar dia.

Usai pembukaan acara di MKI, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Balai Dusun Mendak untuk menyapa warga lokal yang bakal dilibatkan dalam pengelolaan Geopark Gunung Sewu.


Puluhan warga telah memadari Balai Dusun dan menyapa kami satu per satu.

Dengan sikap ramah tamahnya, warga juga menyuguhi kami hidangan khas daerah, seperti tiwul, nasi merah, bongko, ayam kampung, dadar gulung, klepon, ketela, dan seterusnya.

Kemudian, dilengkapi dengan minuman es degan gula aren. Semua merupakan hasil tani warga setempat yang diolah sendiri.

Dusun Mendak sendiri terletak tak jauh dari titik Lembah Kering Purba Giritontro, salah satu situs atau geosite yang ada di Wonogiri.

Lembah itu merupakan bekas aliran Sungai Bengawan Solo purba.

Kini, lahan di lembah digunakan untuk budidaya pertanian dan tempat tinggal warga lokal.

Hanya saja, masyarakat belum banyak terfasilitasi untuk pengembangan geosite itu dan pemanfaatannya demi meningkatkan perekonomian mereka.

https://regional.kompas.com/read/2023/02/03/125137178/menyelisik-perjalanan-gunung-sewu-menjadi-unesco-global-geopark-beserta-7

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke