Salin Artikel

Berkunjung ke Maganol, Toko Layang-layang Legendaris yang Berdiri sejak 1970 di Kota Semarang

Banner putih bertuliskan "Maganol" di depan toko yang tertiup angin, menandakan bahwa di situlah toko layang-layang tersebut berdiri.

Bukan sembarang toko, bangunan mungil nan sederhana ini merupakan salah satu toko legendaris yang menjual layang-layang, benang, dan pernak-perniknya dengan lengkap.

Bahkan, Toko Maganol sudah berdiri lebih dari setengah abad lalu, sekitar 1970 silam.

Hal tersebut disampaikan oleh generasi kedua pemilik Toko Maganol, Mulyono Sentoso.

Dirinya menuturkan, toko ini memiliki sejarah yang erat dengan dampak peristiwa pertumpahan darah 1965 silam.

Dulunya, orangtua Mulyono merupakan pengajar pelajaran Bahasa Indonesia di sebuah sekolah Mandarin di Semarang. Akibat peristiwa G30S PKI tahun 1965, seluruh sekolah terpaksa tutup. Akhirnya, kedua orangtuanya memilih banting setir menjadi wirausaha.

"Berganti ke wiraswasta itu, salah satu barang yang dijual yaitu benang gelasan dan layang-layang. Sampai akhirnya bisa berkembang hingga sekarang," tutur Mulyono saat ditemui Kompas.com di tokonya, Kamis (2/2/2023).

Dalam perjalanannya, imbuh Mulyono, satu-satunya yang dipertahankan Toko Maganol dalam menjualkan layang-layang dan pernak-perniknya, yaitu pada segi kualitas.

Menurut dia, kualitas barang yang bagus lah yang menjadikan Toko Maganol bisa bertahan hingga saat ini.

Di samping itu, Mulyono menyebut, ada makna dibalik nama Toko Maganol. Yaitu diambil dari singkatan alamat toko.

"Mengapa dinamai Maganol karena diambil dari penyebutan nomor rumah ini. Alamatnya di daerah Mataram MT Haryono, nomor 530. Oleh orangtua saya disingkat Ma itu lima, Ga itu tiga, dan Nol," jelas dia.

Mulyono menjualkan beragam layang-layang, benang gelasan, hingga permainan tradisional lainnya.

Uniknya, seluruh layang-layang yang dijual di Toko Maganol ini terdapat tulisan angka "530".

Begitu pula benang gelasannya, Mulyono memiliki produk khas Maganol yang diberi nama Hiu, Pinokio, Paus, hingga Lumba-lumba.

Dengan demikian, harga barang yang dipasarkan juga beragam. Untuk layang-layang biasa, Mulyono memberi kisaran harga dari Rp 600 hingga Rp 2.000. Sedangkan layang-layang hias, diberi harga Rp 20.000 hingga Rp 150.000.

"Kalau layang-layang biasa, ada yang Rp 2.000 dapat 3. Beda lagi harga benangnya. Kalau benang gelasan yang kecil itu antara Rp 500 sampai Rp 700. Ada juga yang besar sampai harga Rp 250.000," tutur pria kelahiran Semarang itu.

Lebih jelas Mulyono mengatakan, meski zaman sekarang sudah didominasi oleh perkembangan teknologi, peminat layang-layang masih tetap bertahan.

Hanya saja, peminat tersebut bergantung pada musim yang sedang terjadi.

"Biasanya bulan-bulan ini sudah musimnya layang-layang. Kalau sudah waktunya, saya pasti mendatangkan dalam jumlah yang cukup besar untuk persediaan," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/02/02/175623978/berkunjung-ke-maganol-toko-layang-layang-legendaris-yang-berdiri-sejak-1970

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke